Untuk bisa menimbulkan tsunami, rekahan ini harus sangat lebar dan panjang.
Intinya adalah ketika rekahan dasar laut itu tiba-tiba terjadi, air laut dalam volume besar akan tersedot ke dasar rekahan.
Namun, karena permukaan laut akan segera menemui ketinggian normalnya kembali, air di sekitarnya dalam volume besar akan mengisi penurunan permukaan tersebut.
Proses harmonisasi kembali secara tiba-tiba itulah yang menciptakan efek gelombang ekstrem yang biasa disebut tsunami.
Jika rekahan itu terjadi dekat daratan, akibatnya tentu bisa dibayangkan.
Seperti yang terjadi di Aceh (26 Desember 2004) dan Pesisir Pangandaran-Kebumen, selatan Jawa (17 Juli 2006), dalam sekejap tsunami akan melibas daratan di sekitarnya.
Kekuatannya sanggup menjebol bangunan atau benda apa saja yang merintanginya.
Kecepatannya masih sulit diantisipasi karena bisa mencapai 970 km/jam atau setara dengan kecepatan pesawat jet Boeing B747!
Dua gejala alam yang sebenarnya bisa dijadikan pratanda. Pertama, surutnya muka air pantai secara drastis.
Penyurutan ini bisa mencapai puluhan hingga ratusan meter. Karang-karang sontak bermunculan dan ikan-ikan bergeleparan kehilangan tempat hidupnya.
Baca Juga : Tak Hanya Indonesia, Seluruh Dunia Berubah 'Mencekam' Seperti Ini Ketika Terjadi Erupsi Krakatau
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR