2. Air surut atau tidak?
Surutnya air laut adalah salah satu pertanda akan terjadinya tsunami, jika dasar perairan anjlok karena terjadinya gempa.
Setelah air tertarik ke laut, gelombang besar akan menerjang daratan membawa energi balasan.
Meskipun begitu, kapan tsunami sampai di pantai juga bergantung kedalaman air dan di mana lokasi terjadinya gempa dan patahan lempeng tektonik.
Baca Juga : (Video) Detik-detik Panggung Seventeen Diterjang Tsunami, Tepat Saat Ifan Minta Penonton Tepuk Tangan
Meskipun begitu, tsunami tidak selalu didahului surutnya air laut.
Ada yang juga langsung datang begitu saja tergantung kasusnya.
Dalam kata lain, surut atau tidaknya air laut jelang tsunami bergantung pada lempengan yang diguncang gempa, apakah naik atau turun. Jadi, jika gempa besar terjadi, Anda tidak perlu mencari kabar soal surutnya air laut.
Langsung daja fokus untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga : Diduga Jadi Penyebab Tsunami Banten, Gunung Krakatau Ternyata Raih Volcano Cup 2018, Pilihan para Vulkanolog
3. Gemuruh dari laut
Banyak saksi yang menyebutkan bahwa tsunami terdengar seperti deru kereta api atau pesawat jet.
Dan ketika menerjang, tsunami tidak melulu hanya gelombang tunggal. Gelombangnya bisa datang berkali-kali, bahkan sampai lima kali.
Itulah sejumlah tanda-tanda alam menjelang dan ketika tsunami menerjang. Lalu apa yang harus dan tidak boleh dilakukan untuk menyelamatkan diri, jelang, dan ketika terjadi tsunami?
Baca Juga : Gara-gara Harga Roti Naik Rp900, Negeri Ini Kini Berada Diambang Kekacauan Besar
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR