"Soalnya, itu anak bungsuku, Ansar sudah lama pacaran sama itu gadis. Itu uang panaik berbeda dengan pesta pengantin laki-laki. Jadi kira-kira habis Rp 200 juta lebih," katanya.
Berbeda dengan yang dialami Ciwa.
Cintanya kandas karena uang panaik. Keluarganya tidak sanggup memenuhi permintaan uang panaik Rp 100 juta, sehingga batal menikah dengan kekasihnya, Mifta.
"Keluargaku tidak sanggup penuhi permintaan uang panaik keluarga kekasihku."
"Karena keluargaku juga habis nikahkan kakak laki-lakiku yang uang panaiknya Rp 150 juta."
"Saya disuruh menunggu sambil dikumpulkan uang, tapi eh Mifta sudah dilamar dan dinikahkan dengan laki-laki pilihan orangtuanya."
"Ya, terpaksa pasrah, bukan jodohku lagi," katanya.
Sementara itu, budayawan asal Sulsel, Prof Dr Nurhayati Rahman menggap bahwa uang panaik yang nilainya besar merupakan ujian bagi seorang laki-laki.
Pihak keluarga wanita ingin melihat keseriusan laki-laki melamar pujaan hatinya.
Baca Juga : Merasa Kehilangan Pekerjaan, Kelompok yang Mengatasnamakan Warga Dolly Gugat Tri Rismaharini Rp270 Miliar
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR