Pokoknya saya kenyang dengan siasat yang aneh-aneh. Apalagi mencari-cari dalih untuk bisa pacaran di luar rumah.
Almarhum Eyang saya di Yogya paling sering saya kerjain. Beliau sangat mudah diperdayai. Tapi mungkin juga sesungguhnya beliau tahu.
Baca Juga : ‘Gagalnya’ Sri Sultan Hamengku Buwono IX Jadi Sultan Yogyakarta Pertama yang Pergi Naik Haji
Namun karena begitu sayang kepada saya, beliau mengiyakan saja, sejauh yakin apa yang saya lakukan masih dalam batas kewajaran.
Nah, pengalaman masa remaja itu di kemudian waktu menjadi bekal yang amat bermanfaat bagi saya untuk mendidik dan menjaga anak-anak saya yang telah menginjak usia remaja.
Putri saya yang sulung, ketika itu ia masih kelas 1 SMA, pacaran dengan mahasiswa. Oke, bagi saya ini bukan problem. Tapi saya tidak mau mereka pacaran gelap-gelapan.
Saya dan Mas Herjuno harus tahu siapa cowoknya itu. Maka saya panggil anak saya dan minta kepadanya supaya pacarnya itu dibawa ke rumah dan diperkenalkan kepada saya dan Mas Herjuno.
Baca Juga : Sri Sultan Hamengkubuwana X Bagai Pinang Dibelah Dua dengan Sang Ayah tapi Lebih Lugu dan Antipoligami
Ketika si cowok itu datang, kami berkenalan, dan sesudah itu semuanya akrab, karena apa pun yang terbuka biasanya akan melahirkan keakraban yang sehat.
Bagi saya ini prinsip, pacaran tidak boleh sembunyi-sembunyi. Orangtua harus tahu dan berkenalan cukup mendalam dengan si pacar.
Inilah langkah pertama untuk menghindari atau mencegah akibat-akibat yang tidak diinginkan.
Sekaligus merupakan langkah awal untuk membina pergaulan remaja yang baik. Kalau ini terbentuk, si anak akan terbiasa dengan norma seperti itu. Seterusnya, ia diharapkan selalu bisa berjalan di rel yang benar.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR