"Jumlah orang yang bersedia mendonorkan rahimnya ketika dirinya sudah meninggal lebih banyak daripada mereka yang hidup," kata Dr. Dani Ejzenberg dari Hospital das Clínicas, São Paulo, Brasil sebagaimana dilansir dari Buzzfeednews.com, Rabu (5/6/2018).
Maka dari itu, kasus keberhasilan kelahiran bayi dari tranplantasi rahim pendonor yang sudah meninggal ini adalah yang pertama kalinya.
Wanita ini awalnya memiliki sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser , yang merupakan cacat lahir yang menyebabkan hilangnya rahim.
Baca Juga : Wajahnya Hancur Setelah Nekat Tembak Diri Sendiri, Pria Ini Justru Jalani Transplantasi Wajah Paling Sukses
Pada tahun 2016, dia kemudian menjalani transplantasi rahim dari pendonor berusia 45 tahun yang meninggal karena stroke.
Empat bulan sebelum prosedur, penerima transplantasi menjalani siklus pembuahan in vitro di mana telur dikumpulkan dari indung telurnya dan dibuahi dengan sperma, dan embrio yang dihasilkan dibekukan.
Salah satu embrio kemudian dipindahkan ke rahim tujuh bulan setelah prosedur transplantasi, dan berhasil menghasilkan kehamilan.
Baca Juga : Cerita Memilukan Gadis yang Melakukan Tranplantasi Wajah: Dia Kini Mensyukuri 'Hidup Keduanya'
Bayi perempuan yang sehat lahir dengan seksio sesaria pada usia hampir 36 minggu, dengan berat sekitar 5,6 kilogram.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR