JIKA dan KETIKA, keduanya menatap pria itu dan bertanya-tanya apa yang dia inginkan.
Pria itu melanjutkan, “Saya minta maaf, tapi saya tidak bisa tidak mendengar percakapan Anda berdua. Saya rasa saya tahu bagaimana Anda memecahkan masalah Anda.”
JIKA tersenyum dan berpikir, bagaimana mungkin orang asing tahu bagaimana menyelesaikan semua masalah mereka. Kalau saja dia tahu.
KETIKA menyadari tantangan yang mereka hadapi, tidak mungkin pria itu bisa menyelesaikan masalah mereka.
Penasaran, JIKA bertanya pada pria itu, “Menurut Anda bagaimana Anda bisa mengatasi masalah kami?”
Pria itu tersenyum dan berkata, “Anda hanya perlu mendengarkan diri Anda sendiri. Ini mengingatkan saya pada sebuah pepatah kuno, ‘Jika dan ketika ditanam, maka tidak ada yang akan tumbuh’.”
JIKA dan KETIKA tampak bingung.
Pria itu tersenyum lagi dan berkata, “Mulailah menghitung berapa kali Anda menggunakan kata-kata ‘jika’ dan ‘ketika’. Alih-alih berpikir ‘jika dan ketika’, mulailah melakukan, ambil tindakan, berhenti berbicara tentang ‘jika dan ketika’.”
JIKA dan KETIKA, keduanya tampak terkejut, dan tiba-tiba menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh pria itu benar.
Keduanya bersalah karena berpikir, bertindak, dan menjalani hidup untuk ‘jika’ dan ‘ketika’. Pria itu pergi dan pembicaraan JIKA dan KETIKA pun berubah.
Mereka membuat perjanjian bahwa ketika mereka bertemu untuk makan siang minggu depan, tidak akan ada lagi ‘jika’ dan ‘ketika’, mereka akan berbicara tentang apa yang mereka capai.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR