Semua masuk akal dalam jarak yang diciptakan oleh ruang dan waktu.
Jika saja ada makhluk hidup lain dengan teropong super canggih menghuni galaksi lain dan sedang menatap bumi, dikarenakan jarak yang jauh memakan waktu, dia hanya akan melihat manusia dalam bentuknya yang paling awal.
Saya menebak kemungkinan dia akan melihat sekawanan kera (hahaha...)
Hawking boleh saja tak percaya adanya surga, tapi hari ini dia kalah terhisap oleh penghinaan waktu dan kembali ke surga.
Sebagai ilmuwan, pria kelahiran Inggris ini tidak egois. Hawking mampu memopulerkan sains dan percaya bahwa setiap manusia (jika mau) dapat memahami kedudukannya dalam perjalanan alam semesta.
Kabar kematian ini membawa mata dan tangan saya untuk berusaha meraih dua koleksi buku karya Hawking yang tak kunjung usai saya baca di rak buku pojokan kamar.
Seketika itu juga terdengar beberapa notifikasi handphone yang saya ketahui berasal dari WhatsApp.
(Baca juga: Kelelahan Setelah Selamatkan Anak-anak TK saat Tank Tenggelam di Sungai, Pratu Randi Meninggal Dunia)
Dengan tangan kiri, saya meraih dan mencari tahu sumber notifikasi. Segera saya mendapati dua grup menyebarkan kabar yang telah terlebih dahulu saya ketahui pagi ini.
Bukan, saya bukan hendak membaca atau mengingat-ingat teori-teori yang terdapat dalam dua buku karya Hawking itu.
Sebagai pengguna media sosial normal, saya hanya ingin mengambil gambar dan berencana mengunggahnya agar kekinian.
Untuk kedua buku itu saja saya sendiri belum tuntas membaca (enggak tahu kalau sore, tunggu aja), namun gambaran besarnya seakan memenuhi rasa hauskeingin tahuan akan asal mula, tumbuh kembang, cara kerja, dan punahnya alam semesta.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR