Sementara itu negara-negara di Eropa Barat seperti Prancis, Belgia, Belanda, dan lainnya telah dikuasai Jerman dan butuh bantuan militer dari luar seperti AS dan Inggris sendiri untuk membebaskannya.
Perdana Menteri Inggris, Winston Churchil yang menyadari betapa gawatnya situasi di El Alamein langsung mengganti Jenderal Auchinleck dengan pangli maperang yang terkenal cerdas, bertindak cepat dan supel, tapi juga gemar tidur, Jenderal Bernard Montgomery.
Tugas Montgomery sebagai komandan 8th Army memang bukan hanya memimpin pertempuran tapi menaikkan moril tempur pasukan Inggris yang sedang merosot.
Dalam kepemimpinannya, Montgomery berbicara langsung kepada pasukan dan berusaha keras menaikkan kepercayaan diri tiap personel pasukan.
Tapi yang paling ditekankan oleh Montgomery adalah dalam kondisi apa pun El Alamein harus sebisa mungkin dipertahankan dan jangan sampai jatuh ke tangan Jerman.
(Baca juga: Canggih! Inilah Vespa Basoka, Skuter Italia yang Bisa Menghancurkan Tank)
Montgomery optimis bisa mengusir pasukan Jerman karena pasukan Rommel saat itu sedang dalam kondisi minim logistic dan tidak bisa bertempur dalam jangka panjang.
Sebab pasukan Persemakmuran Inggris masih secara penuh menguasai Terusan Suez dan pesawat-pesawat RAF juga sukses menghancurkan kapal-kapal pengangkut logistic bagi pasukan Jerman di Afrika Utara ketika sedang berlayar di Laut Mediterania.
Pada awal bulanAgustus 1942, Montgomery sebenarnya sudah siap melancarkan serangan balasan.
Tapi ia lebih suka diserang pasukan panzer Jerman terlebih dahulu karena telah menggelar ranjau antitank dalam jumlah besar.
Kebetulan Rommel memang sengaja memakai taktik menyerang posisi Inggris secepat mungkin kendati sedang dalam kondisi minim logistik tempur.
Untuk menghadarpi serbuan pasukan Jerman, selain menggelar ranjau antitank, Montgomery juga memasang jebakan berupa deretan meriam artileri dan barisan tank yang berposisi di dalam tanah di sepanjang kawasan Alam Halfa.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR