(Baca juga: Tak Ada Komputer dan Internet, Guru di Ghana Menggambar Microsoft Word di Papan Tulis supaya Murid-muridnya Paham)
Selama beberapa tahun berikutnya, Lovelace menikah dengan William King-Noel, Earl of Lovelace Pertama, yang membuatnya menjadi semacam ratu.
Saat berusia 24 tahun, Lovelace sudah mempunyai tiga anak dan ia pun menjadi perempuan yang amat sibuk.
Meski begitu, ia tidak pernah belajar matematika dan tetap sering berhubungan dengan Babbage. Ia bahkan memohon untuk terlibat dalam pekerjaannya.
“’Aku berharap kau mengajakku,’ tulisnya kepada Babbage pada 1840. ‘Maksudku, ketertarikanku pada matematika. Kau tahu ini adalah bantuan terbesar seseorang kepadaku.’”
Waktu itu, Babbage sedang merumuskan gagasan besarnya berikutnya—sebuah mesin yang bisa menghitung variabel, yang membuatnya bisa memesahkan setiap jenis masalah.
Ia menyebutnya sebagai Analytical Engine alias Mesin Analitik, dan meski tidak pernah dibangun lantaran kurangnya dana, Babbage menulis rencana itu hingga 30 jilid.
Pada tahun itu juga, Babbage diundang untuk mempresentasikan rencana tersebut ke sekelompok ilmuwan di Turin, Italia.
Seorang insinyur muda bernama L.F. Menabrea, perdana menteri masa depan Italia, menulis sebuah makalan terperinci tentang Mesin Analitik untuk sebuah jurnal Swiss.
(Baca juga: ‘Pintu ke Neraka’ di Tengah Gurun Turkmenistan Membuat Pengguna Google Earth dan Ilmuwan Linglung)
Ketika Lovelace melihat paper itu, ia menerjemahkannya, mengoreksi kesalahan Menabrea, dan mempresentasikannya kepada Babbage yang sangat terkesan sehingga ia meminta Lovelace untuk menulis makalahnya sendiri.
Setelah bekerja dengan tergesa-gesa selama sembilan bulan antara tahun 1842-1843, makalah itu secara sederhana “meyintesiskan lingkup luas visi Babbage” dan menjelaskan kepada dunia bagaimana ia terjadi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR