Kemudian tibalah "bagian yang revolusioner" : Di sinilah Mao Zedong melaksanakan kegiatan-kegiatan revolusionernya dengan mengemukakan gagasan-gagasannya pada keluarganya. Dari situlah perjuangan revolusioner proletar bermula.
Soal kehidupan pribadi Mao, banyak pakar sejarah yang menyebut bahwa ia tidak mempunya hubungan yang baik dengan ayahnya. Para sejarawan juga yakin, pertengkaran-pertengkarannya dengan ayahnya memainkan peran penting yang menentukan masa depan Mao muda.
Jika dilihat dari bentuk rumahnya, para sejarawan juga yakin orangtua Mao adalah petani yang kaya.
(Baca juga: Khmer Merah yang Ingin Dirikan Negara Komunis Radikal Justru Digulingkan Vietnam yang Pernah Membantunya)
Rumah itu sudah dipugar beberapa kali. Menurut beberapa keterangan, pemugaran diperintahkan oleh pengganti Mao, Ketua Hua Kuo-feng, yang memerintah di propinsi Hunan selama bertahun-tahun.
Di dapur, masih ada panci masak yang orisinil. Tempat itu disebut sebagai "tempat Mao mendidik dan mengajar petani-petani untuk menjalankan revolusi".
Menurut sumber yang pernah didapat Intisari, Mao sudah mengajar pendidikan politik kepada warga sejak ai berusia 7 atau 8 tahun.
Mao yang masa mudanya penuh pergolakan akibat konflik-konflik keluarga dan yang wataknya dicirikan oleh pemikiran dan riset sejak usia muda sekali dan yang menurut ahli-ahli sejarah sebagai kanak-kanak dan orang muda sudah mempunyai kepribadian yang mempesonakan, ternyata kini telah didepersonalisasi dan disensor sampai menjadi gambaran yang "fixed".
Ahli-ahli sejarah boleh berpegang pada ketepatan, tapi yang menang propaganda politik yang sederhana.
Di Shaoshan,setiap hari tiba 3 sampai 5 ribu orang Cina peziarah, yang datang dari segala penjuru negaranya. Kira-kira 5000 orang asing datang pula ke sana setiap tahun.
Jumlah pengunjung tertinggi dicapai pada jaman Revolusi Kebudayaan. Pada masa itu orang-orang muda yang penuh semangat boleh pergi bebas keliling negaranya. Sehari pengunjung bisa sampai 60 ribu orang.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1977)
(Baca juga: Sama-sama Berpatokan pada Bulan, Tahun Baru China dan Islam Kok Bisa Beda?)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR