Nah, jika dulu kita "menikahi yang kita cintai", mengapa tidak kita ubah menjadi "mencintai yang kita nikahi"?
Bisa jadi dengan mengubah pola pikir seperti itu, perkawinan yang serasa hambar menjadi segar kembali.
Tak peduli suami anak mami atau pribadi mandiri, perkawinan akan bertumbuh jika kita saling mencintai.
"Tekad tak ada gunanya jika tanpa cinta." Ya, tekad untuk mempertahankan perkawinan akan sia-sia jika cinta sirna.
Bagaimana dengan Anda?
BACA JUGA: Sepenggal Kisah Asmara: Ketulusan Cinta Rahwana yang Menggetarkan Jiwa
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR