Dalam hal ini sebelum pesawat dikirim ke Indonesia terlebih dahulu dilakukan latihan terbang Su-35 oleh para pilot TNI AU di Rusia.
Para teknisi juga dikirim ke Rusia untuk mempelajari teknis dan perawatan Su-35.
Proses pelatihan ini biasanya makan waktu cukup lama.
Tapi karena pilot-pilot TNI AU sudah terbiasa menerbangkan Su-30 yang notabene ‘’adiknya’’ Su-35,proses pelatihan para pilot TNI AU tinggal melaksanakan konversi (peralihan) sehingga bisa lebih cepat.
Selain itu, pengiriman secara bertahap juga menunjukkan bahwapesawat-pesawat Su-35 juga belum tentu tersedia karena masih dalam proses produksi.
Teknis pengiriman pesawat yang dibeli biasanya juga berkala sesuai dengan imbal beli (komoditas pangan) yang dibayarkan dan kerja sama teknis antara kedua negara.
Jadi jika Su-35 baru dikirim bulan Agustus 2018 dan itu memang baru tersedia dua unit pesawat, maka jadwalnya bisa saja mundur.
Oleh karena itu TNI AU dan masyarakat Indonesia harus sabar karena prosesnya memang cukup panjang.
Waktu cukup lama itu memang memberikan peluang bagi konflik di Laut China Selatan untuk berkembang ke arah yang tidak terduga.
Dan untuk mengantisipasinya, TNI harus mampu menangani meggunakan alutsista yang selama ini telah dimiliki.
Apalagi doktrin tempur TNI sudah sangat jelas.
Yakni berhasil melaksanakan tugas dengan alutsista yang masih terbatas bukannya berhasil dengan fasilitas yang memadai atau bahkan berlebihan.
(Baca juga: Betapa Terkejutnya Bocah Ini ketika Tahu Lukisan yang Ia Beli Seharga Rp26 Ribu Ternyata Karya Pelukis Terkenal)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR