Ketika Pierrepoint dan saya bertugas menggantung Piotr Maksimowski yang membunuh pacarnya (istri orang), kami mengira akan mendapat kesulitan. Soalnya, Maksimowski takut digantung. Sebetulnya ia tidak takut mati. Ia malah mencoba bunuh diri di penjara. Ia minta dihukum tembak, hukuman yang tidak bisa diluluskan. Ternyata orang Polandia berumur 33 tahun itu sangat membantu kami. Ia segera bangun begitu kami masuk dan membiarkan tangannya diikat. Ia berjalan tanpa ayal-ayalan ke kamar eksekusi dan dalam waktu 7,5 detik sudah meninggal.
BACA JUGA: Jago 'Ngedit' Foto, Hasil Foto Editan Pria Asal Batam Ini Seperti Asli, Dijamin Bikin 'Ngakak'
Mendengus
Teknik menggantung orang boleh dikatakan sudah sempurna saat saya menjadi asisten algojo. Terhukum segera tewas tanpa menderita. Tidak demikian halnya di akhir abad yang lalu. Sering terhukum sampai mesti terkejat-kejat dulu karena jiratan tidak cukup kuat untuk mematahkan lehernya. Kematian pun berlangsung tidak segera. Hal itu sama sekali tidak terjadi. Karena itulah jarak jatuh mesti cukup panjang.
Kalau sampai terpidana belum meninggal, tak ada yang bisa dilakukan, kecuali mengayunkan kakinya supaya ajal lebih cepat menjemput. Adegan yang mengerikan itu hanya terjadi di masa yang lampau. Seorang penggantung pada masa itu, William Marwood, merasa bisa mencegah peristiwa yang tidak diinginkan itu, yaitu dengan memperhitungkan panjang jatuh.
Suatu hari datang tawaran untuk menggantung Norman Goldthorpe, seorang pembunuh brutal. Saya menerimanya. Ternyata Pierrepoint dan Steve Wade harus menggantung orang lain pada hari itu, sehingga tugas sebagai "si nomor satu" jatuh pada Harry Kirk.
Ketika saya datang ke Penjara Norwich, Kirky sudah ada di sana. Kami mengintip Goldthorpe yang ternyata kurus sekali, sehingga Kirky berniat memberinya jarak jatuh yang panjang. Bertugas dengan Kirky lain sekali daripada dengan Pierrepoint atau Wade. Kirky senang bercanda dan tidak sekeras Pierrepoint dalam hal melewatkan saat-saat menjelang penggantungan. Malam itu kami minum-minum bir.
Pengawal kami yang masih muda segera akrab dan ikut bercanda. Pokoknya, malam itu meriahlah suasana di kamar kami tanpa kehadiran The Boss (Pierrepoint). Mulut Kirky juga lebih longgar. Ia menceritakan pengalamannya menggantung para penjahat perang. Katanya, pernah suatu pagi mereka menggantung sampai 22 orang. Jenazah boro-boro dibiarkan tergantung sejam. Begitu selesai dijatuhkan ke pintu jebakan, lantas diperiksa oleh dokter, lalu jiratannya dibuka, dipasang lagi untuk orang berikutnya ....
Keesokan harinya kami menjemput Goldthorpe. Semua berlangsung seperti biasa, tapi ketika Goldthorpe berhenti merosot, kami mendengar suara dengus dari ruang bawah. Sekali, sekali lagi, sekali lagi .... Suara itu keluar dari balik selubung kepala!
Celaka! Saya berlari ke bawah diikuti oleh dokter. Suara dengus masih terdengar, tetapi berhenti begitu saya memasang tangga. Saya menarik kemeja Goldthorpe. Dokter menempelkan stetoskopnya. "Sudah meninggal! Sudah meninggal!" serunya. Kentara betul ia lega. Saya memegang tali yang melingkar di leher Goldthorpe. Ternyata jari saya bisa masuk di antara leher dan tali! Dokter mengangguk. "Tapi lehernya patah. la meninggal sekejap itu juga," katanya. “Yang tadi tuh cuma reaksi otot."
Kirky kelihatan lesu dan tak mengucapkan sepatah kata pun. Ketika kami memeriksa kembali, temyata semuanya beres. Ukuran-ukuran sesuai dengan peraturan. Tapi ketika kami membuka kerudung kepala, baru ketahuan bahwa kain kerudung itu sebagian menyelip di lubang kalung. Kain secuil itulah yang membuat tali tidak erat menjirat leher Goldthorpe!
Sejak itu saya tidak pernah bertemu dengan Kirky lagi. Ada hal lain yang ingin saya ceritakan tentang Goldthorpe. Ketika saya hampu meninggalkan penjara, seorang pengawal menghampiri.
"Hadiah untuk Anda," katanya sambil menyerahkan sebungkus rokok. "Hadiah dari dia."
"Siapa dia?"
"Goldthorpe! la berpesan agar diberikan kepada tukang gantung." Astaga!
BACA JUGA: 5 Tempat Wisata yang Harus Kita Kunjungi, Salah Satunya Ada Taman Neraka Lo!
Didekati penyogok
Sejak pengalaman Kirky itu saya tahu bahwa karier saya sebagai penggantung orang pun sewaktu-waktu bisa berakhir. Saya agak risau. Bagi tukang las di pertambangan, pekerjaan sebagai algojo sungguh berharga, karena memungkinkan saya untuk bepergian ke kota-kota jauh, berkenalan dengan orang-orang dari tingkat yang lebih tinggi dan mendapat penghargaan karena mengeksekusi penjahat.
Suatu hari ketika saya menjemput Pierrepoint karena kami bersama-sama mendapat tugas mengeksekusi Nicholas Crosby di Penjara Manchester, saya didekati salah seorang tamu pub Pierrepoint. la mengaku teman Pierrepoint. Dengan licinnya ia mengajak saya 'bisnis'. Ia meminta saya memasang kamera kecil di balik dasi baju saya untuk memotret adegan penggantungan.
Imbalannya besar sekali, berlipat-lipat gaji tukang las tambang atau tukang gantung orang sekalipun! Walaupun ia licin sekali, untungnya saya tidak terpeleset. Saya tidak senang kepadanya. Saya menolak. Saya malah melapor pada Albert Pierrepoint, tapi orang itu sudah pergi.
Sampai saat ini saya masih tetap yakin akan manfaat hukuman mati. Soalnya, 22 tahun setelah hukuman mati dihapuskan, 37 orang meninggal dibunuh oleh orang yang pernah membunuh sebelumnya.Orang sering bertanya: apakah saya tidak pernah dihantui oleh orang-orang yang saya gantung? Memang pernah saya bermimpi seram dua kali. Dalam mimpi itu saya menjadi terpidana mati. Tangan saya ditelikung, lalu saya digiring ke tali gantungan.
Saya berteriak-teriak dan terbangun dalam keadaan berkeririgat dingin. Pada mimpi yang pertama saya cuma tiba di pintu kamar eksekusi. Pada mimpi kedua saya sempat sampai di atas pintu jebakan.Mudah-mudahan sih saya tidak bermimpi untuk ketiga kalinya .... (Syd Dernley dan David Newman, The Hangman's Tale)
BACA JUGA: Wanita Ini Pecandu Berat Film Porno Hingga Akhirnya Saat di Bali Menemukan Pencerahan
(Baca juga: Yang Konyol-Konyol di Perang Dunia II: Nazi Gelar Pesawat Palsu dari Kayu dan Sekutu Mengebomnya Dengan Bom Kayu)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR