Saya sebetulnya lebih senang mengasisteni Pierrepoint, karena saya kenal kepadanya dan ia tampak ahli betul dalam pekerjaannya. Namun, saya kebagian membantu algojo Steve Wade yang belum pernah saya lihat. Tanggal 12 Desember, 24 jam sebelum eksekusi dijalankan, saya pergi ke Durham dengan hati waswas. Waktu ltu sudah selahun saya lulus ujian algojo, tanpa pernah praktek.
Di luar dugaan, ketika berganti kereta di Sheffield, saya bertemu dengan Harry Allen. la diminta membantu mengeksekusi kuli pelabuhan! "Kau pernah kebagian pekerjaan?" tanya saya. "Belum," jawabnya. Pengalamannya sama seperti saya: diundang tetapi tidak jadi dipakai. Hati saya jadi besar lagi. Di Penjara Durham barulah saya bertemu dengan Wade. Orangnya pendiam dan seperti kurang percaya diri. Ternyata Harry akan mengasisteni teman lama kami, Harry Kirk yang senang bercanda.
Syd Dernley dalam sebuah acara komedi.
Algojo risau
Kami berempat diantar ke rumah sakit penjara yang akan menjadi tempat menginap kami, lalu kami dibawa "mengintip" terpidana mati yang keesokan harinya akan dieksekusi. Di sel tempat terpidana, Wade mengintip. Kelihatan ia risau. Lalu giliran saya. Sel itu sama saja seperti sel tempat kami latihan, tetapi di dalamnya ada terhukum yang oleh masyarakat dijuluki si Binatang karena kejamnya.
Ia sedang main kartu dengan dua penjaganya, yang siang-malam tidak membiarkan ia sendirian. Si Binatang tampak normal saja dan masih muda sekali. Mengapa Wade risau?
BACA JUGA: Lucu! Habis Dikebiri, Kucing Ini Kaget Saat Sadar Alat Kelaminnya 'Hilang'
Setelah itu Wade mengintip ke lubang yang sebuah lagi. Rasanya lama sekali. Lalu tiba giliran Kirky. Kami masuk ke kamar eksekusi. Wade menghitung-hitung panjang jatuh yang harus diberikan kepada kedua terpidana. Wade sebagai "si nomor satu" memeriksa segalanya dengan cermat sebanyak dua kali, sedangkan Kirky cuma mengawasi untuk memberi Harry dan saya kesempatan praktek. Karena dua eksekusi akan dilakukan berbareng, tali gantungan tidak dipasang di tengah, tetapi dipisahkan oleh jarak 1 m.
Setelah dua kantung pasir dipasang di titik yang kelak akan ditempati oleh terpidana, Wade melakukan pemeriksaan terakhir dan meminta pengawal memanggil kepala penjara. Kepala penjara datang bersama under-sheriff dan seorang pejabat lain. Mereka mengambil tempat sekeliling pintu jebakan. "Siap, Pak?" tanya Wade. Kepala penjara mengangguk dan Wade melepaskan ganjal dan alat pengunci pengungkil. Pintu jebakan menganga dan dua kantung pasir merosot ke dalamnya.
"Mulus?" tanya kepala penjara.
"Mulus," jawab Wade.
Kami keluar dan pintu kamar eksekusi dikunci. Kantung pasir dibiarkan tergantung untuk menyempatkan tali mulur. Kemudian Wade minta pengawal meninggalkan kami sebentar di kamar kami.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR