Pada Agustus 1944, Tokei-tai mengeksekusi 120 orang China di Singkawang.
Sebagian besar tanpa peradilan sama sekali dan motivasinya hanyalah ingin menguasai harta benda mereka.
Dalam penelitiannya yang terkenal mengenai kejahatan perang Jepang, Lord Russell of Liverpool melalui bukunya bertajuk The Knight of Bushido mengutip pengakuan Hayashi, penerjemah pada Tokei-tai di Singkawang.
Menurut Hayashi, keseratus dua puluh orang itu ditangkap dengan tuduhan palsu seolah-olah mereka berkomplot untuk melawan pemerintahan militer Jepang.
Mereka diinterogasi, disiksa dengan listrik dan air. Hayashi menyatakan sebetulnya orang-orang itu tidak bersalah dan tidak terlibat dalam komplotan.
Mereka ditangkap hanya karena mereka kebetulan orang kaya.
“Pengakuan” mereka bahkan sudah dibuat sebelumnya dan tinggal ditandatangani sesudah penyiksaan. Mereka semua lalu dihukum mati.
“Karena mereka kaya, maka lebih baik dibunuh. Uang dan harta mereka pun lalu disita oleh Tokei-tai,” demikian Hayashi yang juga mengaku ikut dalam proses penyiksaan.
(Baca juga: Sudah Tak Ada Harganya, Uang Venezuela Diubah Jadi Barang Kerajinan sehingga Punya Nilai Lebih Mahal)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR