Sikap tersebut memungkinkan, misalnya, semua karyawan bersama-sama maju untuk meraih peningkatan karir, peningkatan kesejahteraan, dan mengatasi kesulitan yang harus dihadapi institusi.
Barangkali pepatah 'berat sama dipikul, ringan sama dijinjing", benar-benar merepresentasikan sikap inklusif.
Kedua, menanggapi perbedaan sebagai panggilan untuk melakukan kebaikan tulus. Direktur rumah sakit itu sadar betul bahwa dirinya sangat berbeda dengan tukang kebun, tukang parkir, dan pesuruh di lembaga yang dia pimpin.
Setidaknya, itu terjadi karena memang ada perbedaan penghasilan antara dirinya dan mereka.
Namun sang direktur menanggapi perbedaan ini dengan mengulurkan bantuan dana tatkala anak tukang kebun harus membayar uang pangkal di sekolah, tatkala istri tukang parkir perlu mengeluarkan biaya besar untuk operasi usus buntu, ketika pesuruh sakit dan membutuhkan biaya untuk menebus obat.
Bapak pemimpin itu sadar, betapa dirinya tidak bisa sungguh hidup bahagia, jika hanya dirinya sendiri yang memiliki uang berlimpah.
Bagaimana mungkin ia bahagia kalau orang-orang di sekitarnya mengerang kesakitan, menjerit dalam kesengsaraan, dan mengeluh karena hidupnya serba berkekurangari?
(Ditulis oleh dr. Limas Sutanto, D.S.J., pengamat psikososial. Seperti pernah ditulis di Majalah Intisari edisi Desember 1999)
(Baca juga: (Foto) Operasi Plastik Tidak Seinstan yang Dibayangkan, Wanita Ini Menderita 3 Bulan Setelah Jalani Operasi)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR