Meski hal ini sebenarnya mungkin bukan kesalahan pedagang, namun pedagang tetap menjadi kambing hitam. Soalnya, hanya dengan pedaganglah petani memiliki hubungan ekonomi secara langsung.
Terpojoknya petani oleh kekuasaan ekonomi pedagang, pengijon, atau tuan tanah lokal, menimbulkan perasaan antiakumulasi modal dan perasaan anti orang kaya.
Tuduhan pada orang kaya bahwa mereka memelihara tuyul atau berpakta dengan Nyai Blorong sesungguhnya merupakan perwujudan dari sentimen-sentimen ini.
Tuduhan yang diyakini kebenarannya ini kemudian digunakan untuk mensahkan dilakukannya berbagai bentuk agresi langsung, seperti perusakan harta benda atau pembunuhan, orang kaya yang mereka benci.
Korban orang yang percaya tuyul
Kepercayaan terhadap tuyul, babi ngepet, popok wewe dan sebangsanya juga bisa bersumber pada adanya rasa iri.
Dalam tulisannya "The Anatomy of Envy: A Study in Symbolic Behavior" (Current Antropology April 1972) ahli antropologi George M. Foster mengemukakan teori tentang masyarakat petani yang nampaknya cocok dengan masyarakat kita.
Menurut pendapatnya, masyarakat petani selalu ditandai dengan keadaan ekonomi yang tidak merata di mana ada perbedaan yang menyolok antara orang yang kaya dan yang miskin.
Masyarakat seperti ini merupakan tempat yang subur bagi berkembangnya secara berlebihan rasa iri di antara para warganya, di mana orang yang kaya atau berhasil menjadai objek keirian dari mereka yang miskin atau kurang beruntung.
Rasa iri ini timbul karena adanya pandangan bahwa sumber nafkah dan barang-barang yang ada jumlahnya terbatas dan seyogyanya terbagi rata di antara mereka.
Oleh karena itu jika ada yang memiliki kekayaan lebih dari yang lain, maka berarti ia telah mengambil bagian yang seharusnya menjadi hak orang lain.
Keuntungan yang diperoleh seseorang atau sebuah keluarga selalu merupakan akibat dari dikorbankannya orang-orang lain, dan ini mengganggu keselarasan masyarakat secara keseluruhan. Pendek kata, orang kaya itu adalah pencuri harta mereka yang miskin.
Namun, rasa iri bukanlah suatu hal yang dianggap baik, apalagi mewujudkannya dalam bentuk ucapan atau tindakan. Orang boleh saja menunjukkan rasa marah, tapi memperlihatkan keirian adalah hal yang sangat memalukan.
Jalan lain, karena itu, harus dicari untuk melampiaskan perasaan iri ini.
Gunjingan atau gossip mengenai orang yang kekayaannya menonjol adalah salah satu bentuk agresi untuk melampiaskan rasa iri dalam masyarakat petani.
Isi gunjingan ini dapat saja sama dengan pendapat Ongkokham tentang hubungan antara kekayaan dan alam gaib di atas, yakni bahwa orang kaya memperoleh hartanya secara tidak wajar dengan bantuan setan.
Karena itu Wiryasin, Kasmin, Rasih dan pemilik restoran yang diceritakan pada awal karangan ini boleh jadi sebenarnya bukan orang-orang yang menjadi kaya karena tuyul dan mengorbankan orang lain, tapi malah orang-orang yang menjadi korban orang lain yang percaya tuyul.
(Ditulis oleh Muljawan Karim. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1986)
(Baca juga: (Foto) Operasi Plastik Tidak Seinstan yang Dibayangkan, Wanita Ini Menderita 3 Bulan Setelah Jalani Operasi)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR