Biasanya sejarah menampilkan wajah dalam berbagai sisi. Itu terjadi lantaran ia sering merupakan percampuran antara fakta diri yang diimbuhi gincu dan bumbu untuk kepentingan politis. Salah satu contohnya adalah wajah sejarah Cleopatra.
Terlepas dari sisi kehidupannya yang negatif, sosok Cleo adalah wanita tegar yang amat pintar.
Pujangga Romawi Cicero mengakui, Cleopatra adalah wanita terpelajar yang masih langka pada zamannya.
Pengamatan Cicero membuktikan, wanita ini tidak pernah mau melakukan sesuatu tanpa mempelajarinya terlebih dahulu.
Bahkan Al- Masudi, sejarawan Arab, mengatakan Cleopatra yang punya minat besar pada ilmu filsafat adalah pengarang buku-buku pengetahuan.
Ini tidak mustahil, mengingat catatan sejarah di tangan Plutarch menyebutkan wanita ini menguasai tujuh bahasa.
Di mata kaumnya yang hidup berabad-abad kemudian, kecantikan dan kemolekan Cleopatra yang nyaris tak tercela itu telanjur menjadi legenda.
Apalagi, menurut Dio Cassius, Dewi Asmara ini tahu cara berdandan. Cleo bahkan menulis sebuah buku perawatan tubuh berisi resep kecantikan dari ramuan-ramuan aneh, yang pasti sangat asing bagi para ahli kecantikan abad ini, semisal tikus bakar.
Sebagai wanita yang memegang tampuk kekuasaan dan ibu tiga orang anak, Cleopatra menjalani hidup dengan penuh ketegaran.
Bayangkan, seorang perempuan sendirian memerintah sebuah kawasan besar yang cukup lama menjadi ancaman bagi Roma.
Di samping urusan negara, tentu ia tak bisa meninggalkan Caesarion dan sepasang bayi kembar yang selalu meminta perhatian.
Namun, betapapun data sejarah menyediakan segudang jawaban atas berbagai pertanyaan tentang dirinya yang sejati, akankah khalayak tertarik mengubah citra Cleopatra dari yang sudah dikenal selama ini? (Barbara Holland/Djs)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 1999)
(Baca juga: Kesulitan Perbaiki Jet Tempur Kiriman Isreal, Para Teknisi TNI AU Terpaksa Gunakan Kepala Kerbau)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR