Saat itu inventori US AAF mencakup berbagai jenis pesawat latih, transportasi, serang, intai, dan pengebom.
Daftarnya mulai dari C-47 Skytrain, P-51 Mustang, B-17 Flying Fortress, dan pengebom B-29 Superfortress yang menggentarkan.
Ditopang oleh keunggulan industri dan SDM AS, US AAF pun mencapai puncak kekuatan dengan 80 ribu pesawat dan 2,4 juta personel yang dibagi-bagi menjadi komando utama divisi udara, grup, dan skadron.
Pada tahun terakhir PD II, jumlah dan kualitas pesawat dan personel US AAF mendominasi langit Jerman dan Jepang.
Kekuatan ini meluluhlantakkan perekonomian perang kedua musuh Sekutu.
Saat itu sudah diyakini, bahwa kekuatan udara tidak bisa sendiri memenangkan peperangan.
Tetapi memungkinkan dicapainya kemenangan total oleh Sekutu atas kekuatan Poros yang dituntaskan pada Agustus 1945.
Yakni, ketika dua pengebom B-29 menjatuhkan dua bom atom di Jepang.
Seperti seperempat abad sebelumnya, seusai perang AS juga melakukan demobilisasi angkatan bersenjata.
(Baca juga: Mantan Perwira Angkatan Udara AS Ini Mengaku Pernah Diperkosa Alien di Bulan, Tak Hanya Sekali tapi Beberapa Kali)
Mengingat prestasi US AAF selama perang dan mempertimbangkan potensinya bagi masa depan, kekuatan udara AS akhirnya bisa muncul sebagai angkatan independen, sejajar dengan AD dan AL, pada tanggal 18 September 1947.
Sebagai Menteri AU pertama adalah Stuart Symington, dan sebagai Kepala Staf pertamaJenderal Carl A Spaarz.
Dalam tempo sebulan setelah itu, pilot penguji Chuck Yeager menerbangkan pesawat Bell XS-1 dengan kecepatan melebihi kecepatan suara, membawa AU baru ini ke era supersonik.
Pada 18 September 1947 USAF pun terbentuk dan menjadi kekuatan udara terbesar di dunia yang menentukan keamanan dunia hingga saat ini.
Kekuatan udara USAF antara lain terdiri lebih dari 5.500 pesawat tempur, 500 lebih rudal balistik, dan 170 satelit serta didukung oleh sekitar 500 ribu personel.
(Baca juga: Mimpi Berhubungan Intim Ternyata Ada Maknanya Juga Lho, Tergantung Lawan Bercintanya)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR