(Baca juga: Punya Lengan Popeye, Rahasia Kakak Beradik Ini Bukan Makan Bayam Tapi Zat Mematikan)
Susi Susanti merupakan satu satunya guru yang masih bertahan mengajar di SD Filial 004 Seimenggaris yang didirkan pada tahun 2012. Saat didirikan, SD tersebut memiliki 4 orang guru.
Pada awalnya, sekolah tersebut berada di bawah kolong rumah warga yang bersebelahan dengan kandang sapi milik warga. Tahun 2013, pemerintah desa memalui PNPM kemudian merehab bangunan sekolah dari kayu menjadi berdinding tembok.
Namun seiring perjalanan waktu, satu per satu para guru meninggalkan sekolah karena berbagai alasan.
Ketiga rekannya ada yang beralasan memilih mencari pekerjaan lain karena mengaku tidak mendapat gaji selama mengajar, ada yang memilih mengurus anak karena lokasi sekolah yang terlalu jauh, dan ada yang pindah mengajar ke sekolah yang bisa memberikan gaji yang lebih layak.
Salah satu guru, Rustam, mengaku bukan berhenti mengajar, tapi memilih rehat sementara sampai pemerintah daerah bisa menggaji mereka. Selama mengajar sejak tahun 2013, dia mengaku tak mendapat gaji seperti yang dijanjikan dengan alasan anggaran belum turun.
Dia akhirnya memilih bertanam sayur untuk menghidupi keluarga yang diboyong dari Pulau Sulawesi. “Janjinya mau di gaji Rp200 ribu per bulan tapi sampai sekarang tidak ada. Kalau pemerintah sudah memerhatikan, saya fokus di sini. Sementara kami cari kerja lain,” ucapnya.
Sementara, Susi Susanti sendiri memilih bertahan mengajar karena satu-satunya guru yang tertinggal hanya dirinya. Susi mengaku mendapat honor Rp200 ribu per bulan yang diberikan tidak ada ketentuan waktunya.
(Baca juga: Bukan Tenggelamkan Kapal, Duterte Langsung Perintahkan Tembak Langsung Pencuri Ikan di Negaranya)
Tahun 2017 lalu dia mengaku honor diberikan secara rapel 2 kali pembayaran dalam setahun. Honor Rp200 ribu menurutnya tidak cukup untukmengganti biaya bensin motor pulang pergi ke sekolah karena jarak rumahnya lebih dari 3 kolometer dari sekolah.
“Biaya bensin sebulan pulang-balik 20 liter sudah Rp 250.000, ” ucapnya.
Jalan tanah berlumpur
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR