Cerita mengenai gajah ini tidak hanya terjadi pada saat Yzerman atau Schnitger puluhan tahun yang lalu, tapi masih berlangsung sampai sekarang.
Bila pumama tiba, dari gunung berkabut, kemudian menyeberangi sungai gajah itu datang berduyun-duyun dalam jumlah sampai dua puluh ekor.
Mereka datang berziarah ke Candi Muara Takus seperti ada sesuatu yang mereka cari. Baru kemudian kawanan gajah itu menghilang ke rimba manakala purnama redup menjelang fajar.
Sampai sekarang pun misteri ini belum terpecahkan.
Tahun 1973 Dr. Froelich Rainey, Direktur Museum Universitas Pennsylvania yang berkunjung ke Riau menyelidiki Candi itu. Tapi iapun tidak banyak mengungkapkan misteri Candi Muara Takus.
Apa yang ada sekarang di Candi Muara Takus? Bangunan kompleks candi yang digambarkan di atas hanya tinggal puing-puing dan gundukan tanah. Di sana-sini diselimuti rumput dan pepohonan. Lebih tepat disebut kuburan raksasa karena besarnya dan lupa diurus.
Candi Muara Takus menjadi tidak begitu terpencil lagi. Kalau dulu Schnitger harus naik sampai atau berjalan kaki berhari-hari lamanya bersama pembantu-pembantunya, menuju Muara Takus, sekarang dengan mudah dapat dicapai dalam waktu hanya 3 jam dengan mobil dari Pekanbaru.
Dari Pekanbaru, pertama-tama harus dituju Muara Mahat (jalan antara Pekanbaru - Padang), kemudian diteruskan lagi sampai daerah pertemuan Sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan. Jarak seluruhnya 200 km dari Pekanbaru.
Sekitar Candi Muara Takus kini sudah dibangun jalan yang dapat dilalui mobil. Sekeliling candi dibersihkan sekedarnya agar jangan sampai ditutupi pepohonan. Kendaraan umumpun sekali-sekali pernah juga sampai kemari membawa "turis" setempat.
Banyak pencinta peninggalan purbakala yang sudah berkunjung ke kompleks Candi Muara Takus ini. Berita mengenai peninggalan lama yang bersejarah ini sekarang mulai sampai ke masyarakat umum di Sumatera.
Sehingga setiap hari libur banyak pengunjung-pengunjung yang sengaja berwisata kesini. Muara Takus tampaknya dapat tumbuh menjadi objek wisata kecil-kecilan yang banyak dikunjungi.
Candi Muara Takus mungkin akan membuka lembaran sejarah baru bagi pariwisata dan sejarah Indonesia, terutama Riau khususnya.
Berbagai penyelidikan, seminar-seminar dan berbagai usaha telah dilakukan oleh Universitas Riau, atau universitas-universitas di luar negeri.
Mereka semua ingin membuktikan bahwa Candi Muara Takus adalah pusat Kerajaan Sriwijaya yang terkenal itu.
(Ditulis oleh Hikmat Ishak. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1977)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR