Yang wanita umumnya berkain kebaya, sementara kaum lelaki berkemeja dan berkain sarung warna-warni hasil tenunan sendiri, sambil tak lupa menyandang tas kecil berisi peralatan keperluan mereka, seperti sirih, pinang, pisau kecil.
(Baca juga: Cara Mudah dan Manjur Hilangkan Bopeng Bekas Jerawat, Bisa Dipraktikkan Sekarang Juga)
Dibandingkan dengan merokok, orang Boti bisa dipastikan lebih senang mengunyah sirih.
Dengan senang hati Nune Ambenu dan beberapa rekannya mengajak kami ke rumahnya yang sederhana.
Dinding bagian depannya diberi gambar ayam dan burung yang mirip hasil gambaran anak kecil.
Tidak jelas apa maksudnya. Entah hanya sebagai hiasan, atau juga mempunyai maksud lain.
Kurban manusia untuk muti
Kata orang, suku Boti masih hidup primitif. Namun, setelah masuk ke rumah si kepala adat ini, pikiran itu segera hilang. Barang-barang modern cukup banyak memenuhi ruang tamu rumah: sofa, televisi, jam dinding.
Sebagcri kepala adat, Nune Ambenu bukanlah orang pertama. Ayah lima orang anak ini (satu meninggal) merupakan generasi keenam. Jabatan kepala adat yang disandangnya ini diturunkan secara turun-temurun dari nenek moyangnya.
Dalam hal berpakaian, kepala adat beserta keluarganya dan rakyatnya sama-sama berhak memakai tenunan dengan motif yang sama. Bedanya, Nune memakai kalung yang disebut muti.
Konon, dulu untuk memperoleh kalung ini harus dilakukan kurban manusia. Soalnya, muti ini tidak bisa didapat begitu saja.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR