Setelah tertunda, barulah pada tanggal 15 bulan ketiga pasukan Mongol menyerbu Jayakatwang.
Pasukan dibagi tiga, dua lewat darat dan satunya melalui Sungai Brantas.
Di darat, I-heh Mi Shin memimpin pasukan melalui arah timur, sedangkan Kao Hsing melalui arah barat.
Wijaya dan pasukannya dengan aman mengikuti dari belakang.
Sementara itu Jayakatwang pun telah siap siaga. Lebih dari 100.000 prajurit terlibat pertempuran yang berlangsung sengit dari pagi hingga siang.
Akhirnya pasukan Jayakatwang dipukul mundur ke dalam kota dengan meninggalkan korban yang mati lebih dari lima ribu orang.
Ibu kota pun dikepung ketat dan membuat Jayakatwang frustrasi, hingga pada sore harinya ia menyerahkan diri dari tempat persembunyiannya.
Ia ditawan bersama anggota keluarga dan para pembesar kerajaan.
Raja Jayakatwang kemudian dibawa oleh panglima pasukan Mongol ke benteng pertahanan mereka di Hujung Galuh, letaknya di muara Sungai Mas, daerah Surabaya sekarang.
Dalam tahahan ia menmggal dunia setelah menulis Kakawin (prosa) Wukir Polaman.
Panglima minta dua putri Singasari
Setelah Jayakatwang berhasil ditundukkan, kini Wijaya berniat menghancurkan pasukan Mongol yang telah membantunya itu.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR