Intisari-Online.com - Penduduk China pernah berperang besar-besaran melawan burung pipit agar pasokan makanan tidak berkurang, namun kelaparan besar justru terjadi.
Pada 1958, Mao Zedong mulai mereformasi negara komunisnya dengan Great Leap Forward (Lompatan Jauh ke Depan).
Program itu bertujuan untuk membangkitkan ekonomi negara, salah satu misinya adalah dengan The Four Pets Campaign.
Tujuan misi ini adalah membunuh empat hama: tikus, lalat, nyamuk, dan burung pipit.
Baca Juga: Misteri Ketiga Anak Kim Jong Un
Baca Juga: (Video) Menyentuh Hati, Orang Suku Anak Dalam yang Jadi Anggota TNI Pulang ke Rimba Demi Ibunya
Kampanye tersebut dikenal sebagai Kill a Sparrow Campaign (kampanye membunuh burung pipit).
Mao melihat penduduknya masih bermasalah dengan hama hewan, sedangkan burung pipit dianggap menghabiskan biji-bijian dan beras.
Dia memobilisasi massa secara besar-besaan, burung ditembaki, sarangnya dirobohkan, telurnya dipecah, dan anakannya dibunuh.
Namun, Mao dikatakan tidak tahu apa-apa tentang binatang dan tidak mau membahas rencananya atau mendengarkan para ahli.
Dia hanya memutuskan bahwa 'empat hama' harus dibunuh.
Sejarawan Frank Dikötter, penulis Mao’s Great Famine mengatakan bahwa Lompatan Jauh ke Depan adalah pembunuhan massal terburuk sepanjang massa.
Baca Juga: Berhentilah Memakai Handphone Saat Dicharge, Anak Ini Matanya Buta Karena Ponselnya Meledak
Source | : | theepochtimes.com |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR