Selain itu, para jenderal bukan tak paham. Mereka telah memperingatkan kalangan politisi bahwa pertempuran di Eropa setingkat Battle of Somme akan memakan banyak korban.
(Baca juga: Kisah Windi, Anak 'Bodoh' yang Bisa Menggambar dengan Sangat Indah. Karena Kecerdasan Bukan Hanya Soal IQ!)
Di Somme, artileri dan senapan mesin sangat dominan. Akibatnya sulit bagi infanteri Inggris merangsek.
Tak hanya itu, korban pun terus berjatuhan di pihak Inggris. Kesalahan Inggris adalah, pasukan artileri mereka gagal mempersiapkan medan tempur.
Hal ini menjadi catatan bagi para jenderal. Hasilnya, dikembangkan taktik penyerangan baru.
Taktik baru ini mengubah cara bertempur Inggris di paruh kedua peperangan.
Paruh pertama peperangan di front barat, taktik perang lebih banyak berkembang di lapangan, bersamaan dengan perjuangan jenderal dan pasukannya dalam menyesuaikan diri dengan perangkat perang modern.
Setelah Somme, mulai 1917 dan 1918, lebih banyak pasukan darat berkualifikasi muncul hingga membuahkan kemenangan.
Hal ini menjadikan Somme sebagai titik balik bagi sekutu dalam mengartikan bagaimana pertempuran dilakukan.
Februari 1916, Jerman melancarkan serangan ke Verdun. Menghadapi serangan ini, Perancis melakukan perlawanan hingga kehabisan daya.
Guna mengalihkan pasukan Jerman dari Verdun, Inggris mendesak ke utara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR