Intisari-Online.com – Setiap pergantian tahun, kita selalu mengganti kalender. Ini tidak terjadi saat sekarang saja.
Konon sejak ribuan tahun lalu, kalender sudah ada di daerah Afrika, Asia, Mesoamerika, dan Eropa.
Mula-mula kalender disusun berdasarkan gerakan bulan, tetapi lalu diganti dengan gerakan matahari yang dianggap lebih akurat.
Hingga kini cara itu terus dipakai meski masih ada kalender yang mengacu pada bulan.
Mesir adalah bangsa pertama pemakai kalender matahari pada tahun 4236 SM.
(Baca juga: Peramal yang Secara 'Jitu' Meramal Tragedi 9/11 Membuat Prediksi Suram di 2016)
(Baca juga: Berani Berbeda! Kalender Ini Berisi Foto 'Putra Duyung', Konyol Tapi Tujuannya Sangat Positif)
Kalender itu punya 365 hari, terbagi atas 12 bulan berisi 30 hari, sisa lima hari masuk pada bulan terakhir. Tapi kalender itu dianggap belum akuraf karena kurang 1/4 hari.
Sebelum menggunakan kalender matahari, Bangsa Romawi meniru kalender bulan Yunani.
Masa itu pendeta di Romawi bertugas mengamati angkasa untuk melihat pergantian waktu.
Saat muncul bulan baru, ia akan segera mengumumkan. Dalam bahasa Romawi “mengumumkan” adalah calare, yang lalu berkembang jadi kalendae atau kalender. Tapi ada yang menyebut, kalender berasal dari bahasa Latin calendarium (daftar yang menarik).
Kalender itu terdiri atas 10 buan atau 304 hari. Menurut penyair Latin Ovid (43 SM - 18) dan filsuf Yunani Plutarch (46 - 120), bulan I adalah Martius atau Maret – dari nama Mars, dewa perang Romawi.
Enam bulan terakhir cuma nama angka, yaitu "5" atau Quintilis hingga "10" atau Decembris.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR