“Kau orang kafir, sabiyya (budak seks) dan kau milik ISIS sekarang, jadi biasakan.”
Komandan itu lalu meludahi wajah Murad, mengeluarkan sebatang rokok, dan memadamkannya tepatdi bahu Murad.
Ia menyalakan sebatang lagi dan menaruhnya di perut Murad, menampar wajahnya dua kali seraya memberinya peringatan: “Jangan sekali-kali bersuara lagi.”
Di kegelapan sebuah rumah yang penuh sesak dengan perempuan-perempuan yang dipaksa jadi budak seks, Murad bertanya-tanya tentang nasibnya.
***
Duduk di tengah para laki-laki dengan senjata api di tangan, Murad berpikir untuk bunuh diri. Ia lalu membuat perjanjian dengan dua kakak perempuannya, Dimal dan Adke.
“Kami akan mengambil kesempatan untuk melarikan diri,” tulisnya.
Ketika seorang pria dengan betis “setebal batang pohon” memilih Murad sebagai budaknya, ia menjerit dan mencoba menolak tawaran itu.
“Matanya terbelalak di tengah wajahnya yang lebar … ia tak terlihat seperti pria—tapi seperti monster.”
Ketika ia melihat pria lain dengan betis yang lebih kecil, ia memintanya untuk membawanya, berharap ukuran tubuhnya yang kecil bisa menyelamatkannya.
“Ia milikku,” kata si kurus kepada si pria yang lebih besar betisnya. Dan begitulah yang akhirnya terjadi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR