Sejak penemuan itu, para industriawan berlomba-lomba membuat plastik jenis baru berbahan dasar CH2O.
Salah satunya yang terkenal adalah plastik sintetis yang terbuat dari formaldehid dan melamin, yang ditemukan sekitar tahun 1930-an.
Karena sifatnya yang tahan panas dan tampilannya yang mirip porselen, bahan ini banyak dipakai untuk membuat alat-alat rumah tangga.
Penemuan demi penemuan semakin melengkapi manfaatnya buat umat manusia.
Hingga saat ini formaldehida dipakai di hampir semua barang keperluan sehari-hari, mulai dari plastik, kaca, lem, cat, pupuk, penyamak kulit, pengawet kayu, pengawet vaksin, obat penyakit kulit, film kamera, pewarna, hingga pasta gigi.
Riwayat formaldehida mulai menjadi runyam ketika ia dipakai sebagai pengawet bahan makanan karena harganya murah.
Di Indonesia bahan pengawet jenazah ini sering dijumpai di dalam tahu, ikan, mi basah, dan daging.
Karena sifatnya yang toksik, semua organisasi kesehatan di dunia melarang pemakaian formaldehida dalam produk makanan.
Para dokter yakin, paparan formalin dalam jangka panjang bukan hanya tidak mengawetkan manusia, tapi juga bisa mempercepat proses manusia menjadi mayat. (Dari pelbagai sumber/Emshol)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2006)
(Baca juga: Anak Miliarder Ini Disuruh Ayahnya Jadi Orang Miskin, Hanya Dibekali Uang Rp100 Ribu)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR