(Baca juga: Hari Demam Berdarah Dengue: Bagaimana Penduduk Haiti Bisa Kebal Terhadap DBD?)
Namun, keringat berlebih juga dapat dicetuskan oleh banyak penyebab lain (penyakit atau obatobatan), yang disebut hiperhidrosis sekunder.
Misalnya: gangguan endokrin seperti diabetes melitus, hipertiroid, hiperpituitari (kelenjar pituari yang terlalu aktif ), beberapa penyakit saraf seperti Parkinson, cedera tulang punggung, stroke, malformasi Arnold-Chiari (kondisi di mana jaringan otak tumbuh ke dalam kanal tulang belakang) dll., adanya tumor jinak pada kelenjar adrenalin (pheochromocytoma), penyakit saluran pernapasan, tumor ganas, demam, menopause, dan gangguan psikiatri (kecemasan, dll).
Dari gejala-gejala awal, kita bisa memperoleh petunjuk awal tentang penyebabnya. Bila terjadinya dalam tubuh secara asimetris, maka perlu dicurigai adanya gangguan pada sistem saraf.
Bila terjadinya menyeluruh, biasanya termasuk jenis hiperhidrosis sekunder.
Hiperhidrosis yang baru mulai muncul di usia tua perlu dilacak penyebabnya pada penyakit lain.
Hiperhidrosis sering kali dihubungkan dengan penyakit jantung. Meski tidak sepenuhnya benar, hiperhidrosis memang merupakan salah satu gejala hipertiroid yang gejalanya antara lain jantung berdebar-debar dan keringat berlebih.
Yang jelas, jangan remehkan ketika terjadi keringat berlebih.
(dr. Hernayati M. Hutabarat, Sp.KK., seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2013)
(Baca juga: Kondisi-kondisi yang Harus Diwaspadai Orangtua ketika Si Kecil Demam)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR