Padahal, ayahnya sudah berhasil menjadi penyamak dan pedagang kulit yang cukup kaya di tempatnya yang baru, Georgetown, sehingga sempat pula ikut dalam politik.
Ulysses mempunyai perawakan yang kecil dibandingkan dengan kawan sebayanya, tetapi berparas baik, hidung lurus, dan mata biru.
Meski badannya kecil, ia kuat, berani, dan percaya akan kekuatan serta kemampuan fisiknya. Hanya dalam berpikir nampaknya ia kurang cekatan, meski di West Point nyatanya ia pandai matematika dan teknik.
Karena kekumalan, kelambatan berpikir, kemalasannya belajar, dan kesukaannya bermain-main, orang-orang di sekitarnya menyebutnya bukan Ulysses Grant, Useless Grant (Grant tak Berguna).
Sejak kecil, Grant cinta dan senang sekali bermain dengan kuda. Tak seorang anak pun mempunyai keberanian dan kecekatanan berkuda melebihi dirinya.
Pada suatu saat, ketika ia masih kanak-kanak, datanglah ke kota kediamannya rombongan sirkus yang membawa kuda poni. Bulu leher kuda itu dipotong pendek, badannya montok bulat, punggungnya halus dan licin.
Pemilik sirkus itu bergurau dengan anak-anak yang datang melihat dan menantang siapa yang bisa berada di atas punggung poni akan diberi AS $ 5.
Anak-anak tertarik untuk mencobanya, tetapi tak seorang pun berhasil kecuali seorang yang terakhir, yakni Grant.
Anak itu dengan yakin meloncat ke punggung kuda sambil melingkarkan kedua tangannya di leher kuda dan kedua kakinya kuat-kuat menjepit perut binatang tersebut.
Keberanian lain ditunjukkannya pula pada suatu hari, ketika ia harus mengendarai buggy (kereta beroda dua) dari Kentucky. Kudanya lari cepat melalui jalan yang kanan-kirinya tebing curam.
Ia tidak kehilangan akal dan sanggup menghentikan kereta itu hanya selangkah sebelum masuk jurang. Sebelumnya ia mendengar bahwa kuda buta tak bisa lari kencang.
Lalu, diambilnyalah sehelai sapu tangan yang kemudian ditutupkan ke mata kuda. Terbukti, kuda itu tidak lari lagi.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR