“Ah, kasihan dong, Pa. Orang sebatang kara tak berkeluarga begitu. ‘Kan hidupnya hanya di pekerjaan.”
(Baca juga: Situs Gunung Padang: Asal Usulnya Misterius, Keindahannya Membius)
“Justru itu. Mestinya dia tahu diri, dong. Kami sebetulnya life line dia. Seharusnya dia tidak cari perkara dengan kami. Huh!”
Sasra termenung. Ternyata bukan hanya dia yang masih membutuhkan “ari-ari” untuk bertahan hidup.
Rupanya ada banyak macam “ari-ari” yangi kalau sampai tak terpelihara, hidup orang yang bersangkutan akan bermasalah.
Tak terasa matanya menerawang ke luar.
Banyak orang dan kendaraan lalu-lalang. Berapa banyak dari mereka yang sepenuhnya dewasa, mandiri, sanggup hidup tanpa bantuan “ari-ari” dalam bentuk apa pun?
Adakah orang semacam itu? Ia mengangkat bahunya. (LW – Intisari Januari 2012)
(Baca juga: Untuk Anda yang Merindukan Ibu yang Telah Tiada Hari Ini)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR