Intisari-online.com - Untuk mengantisipasi kekuatan pengebom nuklir Rusia, militer Amerika Serikat memang telah mengaktifkan kekuatan tandingan berupa pesawat-pesawat pengebom strategisnya.
Pesawat-pesawat pengebom nuklir itu terdiri dari B-52 Stratofortress, B-1B Lancer, dan B-2 Spirit yang terwadahi dalam unit Air Force Global Strike Command’s.
Tiga jenis pesawat pengebom strategis tersebut saat ini telah memperkuat operasi-operasi udara AS di kawasan Pasifik di bawah komando US Pasific Command (US Pacom).
Di jajaran pesawat pengebom srategis USAF, B-52 sebenarnya termasuk pesawat tua dan perannya akan digantikan oleh B-2 Spirit.
Tapi sebagai pesawat pengebom yang bisa membawa bom nuklir, B-52 yang berjaya di era Perang Vietnam dan Perang Teluk ini dianggap masih memiliki efek detterent yang tinggi dibandingkan pembom strategis B-1B Lancer.
Kendati memiliki kecepatan supersonik, B-1B ternyata kurang efesien dan efektif untuk melaksanakan misi pemboman jarak jauh sambil membawa bom nuklir.
Jika Rusia menyerang negara-negara Barat dengan mengerahkan pengebom nuklirnya, untuk saat ini tampaknya akan sulit membendungnya.
Apalagi pesawat-pesawat pengebom Rusia dikawal oleh jet-jet tempur seperti Su-30 SM, Su-35 S dan MiG-31 BM yang memiliki kemampuan untuk menemukan jejak pesawat tempur berteknologi siluman.
Negara-negara Eropa anggota NATO yang berdekatan dengan Rusia memang berharap agar kekuatan tempur berupa F-22 Raptor dan F-35 Lightning II segera bisa digelar sehingga bisa menghadang pengebom dan jet-jet tempur Rusia ketika mereka datang menyerang.
Sebab masih butuh waktu untuk menunggu kehadiran pengebom siluman B-21 Raider yang proses produksinya mengundang kontroversi senat AS dan Pentagon mengingat harga satu unitnya mencapai lebih dari 560 juta dollar AS atau sekitar Rp7,2 triliun.
Proyek pengebom nuklir berkemampuan siluman PAK-DA dan B-21 Raider tampaknya memang sedang berkejaran seperti ketika Rusia dan AS saling berlomba untuk membuat rudal nuklir di era Perang Dingin.
BACA JUGA: Kontroversi PR Matematika Kelas II SD di Facebook Bikin Profesor ITB Mendebat Profesor Yohanes Surya
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR