Intisari-Online.com - Di saat berbagai penjuru dunia merayakan Tahun Baru 2018 dengan beraneka ragam kesenangan, pengungsi Rohingya justru semakin terpuruk dengan keadaan mereka.
Lebih dari 655 ribu orang Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak militer Myanmar memulai tindakan kekerasan pada akhir Agustus lalu.
Dari angka itu, menurut Save the Children, sekitar 380 ribunya adalah anak-anak di bawah umur.
Sedikitnya 30 persen populasi pengungsi berusia di bawah 5 tahun yang berjuang untuk bantuan, menggunakan air limbah dan membawa kendi berisi air atau seikat kayu bakar di kepala mereka.
Beberapa mengenakan kombinasi pakaian donasi yang tidak sesuai seperti jaket tuksedo kecil yang dipasangkan dengan celana basket pendek.
BACA JUGA: Ternyata Golongan Darah Berkorelasi dengan Nasib Seseorang di Jalan Raya, Bagaimana dengan Anda?
Lebih dari itu, soundtrack kamp pengungsian Rohingya adalah batuk yang nyaring.
Prospek para pengungsi muda ini, kata ahli pengembangan anak, sangat suram.
Lalou Rostrup Holdt, penasihat kesehatan mental untuk Save the Children berkata kondisi tempat pengungsian itu akan menjadi pertumbuhan krisis kesehatan mental yang besar bagi anak-anak.
Anak-anak itu memiliki trauma dalam skala besar, melihat pembunuhan brutal dan dipaksa meninggalkan rumah tanpa membawa apa-apa.
BACA JUGA: Meski Tidak Bersenjata Nuklir, Ternyata Pesawat Pengebom TU-16 AURI Pernah Bikin Kelabakan Australia
Mereka lapar, juga mengalami penundaan perkembangan yang signifikan karena kekurangan gizi dan understimulasi yang mendahului trauma baru-baru ini.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR