Selama 60 km antara lapangan terbang Ben Gurion dan Jerusalem, Presiden Mesir menyaksikan pemandangan spektakuler yang merupakan pertemuan mengharukan dengan sejarah Palestina selama 4000 tahun.
Sadat melihat menara runcing sebuah mesjid. Bangunan yang didirikan Soleiman Yang Agung itu direbut oleh Richard si Hati Singa, dimusnahkan oleh Saladin, dibangunkan kembali oleh orang-orang Mameluk, diambil oleh Napoleon Bonaparte.
(Baca juga: Perang Enam Hari, Mengingat Kembali Sejarah Jatuhnya Yerusalem ke Tangan Israel)
Lalu pada tahun 1948, kota Ramleh itu penduduk Arabnya diusir dengan senapan mesin oleh orang Israel bermata satu yang tadi diperkenalkan kepada Anwar Sadat.
Sadat kemudian lewat di kaki sebuah bukit kering. Di belakang bukit itu ada tempat yang disebut-sebut dalam Injil sebagai tempat yang dihadiahkan oleh salah seorang Pharaoh Mesir untuk puterinya ketika menikah dengan Solomon.
Sadat disambut oleh sekelompok penghuni kibuts, kemudian kendaraannya masuk ke lembah.
Di atas lembah itu matahari pernah berhenti atas perintah Josua.
Tiba-tiba di puncak sebuah sisi Cadillac tahan peluru muncul pemandangan yang sangat mengesankan: Jerusalem.
Seperti ketika Amerika Serikat menciptakan negara Israel, kedatangan Sadat disambut rakyat dengan kegembiraan meluap-luap.
Orang-orang saling berciuman, menyanyi dan bergembira-ria. Penduduk yang saleh berkumpul di sinagoga-sinagoga untuk mengucapkan terima kasih kepada Tuhan.
Di sebuah bank di Avenue George V ada pengumuman: bisa dibeli pon Mesir dengan kurs 20 pon Israel. Tiba-tiba semuanya mungkin terjadi. Orang bisa menilpon ke Kairo.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR