Demikian pula pada kuda lumping yang diiringi seperangkat tetabuhan dan disertai seorang "dukun" sebagai penanggung jawab atas keselamatan pemain.
Irama musik pengiring kedua bentuk kesenian ini sama-sama monoton.
"Jadi apa pun yang monoton yang diarahkan terhadap seseorang pada dasarnya mampu menjadikan kesurupan," ungkap Suryani yang pernah menulis buku setebal 235 halaman berjudul Trance and Possesion.
(Baca juga: Bukan Flakka, Bukan Pula Narkoba, Pil PCC yang Bikin Anak-anak di Kendari ‘Kesurupan’ Ternyata…)
(Baca juga: Pasukan Legiun Asing Prancis, Tentara Militan yang Jika Bertempur Seperti Orang Kerasukan Setan)
Selain untuk keperluan dunia seni, trance ternyata banyak pula manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kemampuan itu, seseorang mampu mempergunakan indera keenamnya dengan sempurna, sehingga dia bisa membaca maksud orang lain tanpa harus mengatakannya.
Bahkan, tak sedikit yang tahu suatu peristiwa yang bakal terjadi.
Dengan trance, katanya, seseorang juga bisa mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara singkat dengan hasil maksimal.
Lewat trance seseorang mampu membaca pikiran guru sebelum guru itu menerangkan: "Seandainya kaum intelektual di Indonesia ini mau memahami dunia trance, lalu mengkaji secara ilmiah dan menggabungkannya dengan dunia logika, mungkin kehidupan ini akan bertambah bagus," harapnya. (B. Soelist)
(Artikel ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1992)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR