Bahkan, ketika Calonarang rubuh telentang langsung saja keris ditikamkan tegak lurus ke perutnya.
Pertarungan berlangsung terus sampai tak satu pun jadi pemenang. Semua terkapar tak sadarkan diri.
Mereka baru siuman setelah seorang "sutradara" sendratari itu memberi percikan tirta sambil komat-kamit melantunkan mantera.
Rasa takut campur ngeri penonton dalam sekejap sirna, malah suara tepuk tangan serentak membahana.
Pertunjukan tektekan lakon Calonarang di Karambitan, Tabanan, Bali, usai tanpa pertumpahan darah. Cuma keris-keris bengkok dan rasa heran yang tersisa.
Bisa ditebak, yang mereka herankan dari pertunjukan seperti itu pasti kebalnya si penari dari tikaman keris tajam.
Ternyata rasa kebal itu muncul menyusul keadaan trance (kesurupan) yang dialami penari.
Kesurupan itu sendiri seakan tak terpisahkan dengan kebanyakan tari atau dramatari yang sebenarnya bukan cuma di Bali.
Ada daerah lain yang keseniannya juga mempertontonkan atraksi yang dimainkan oleh pemain atau penari yang sedang kesurupan.
Sebut saja debus di Banten, Aceh, Sumut, dan Sumbar. Atau kuda kepang yang di Banyumas disebut jaran ebleg, di Boyolali populer dengan nama jlantur, di Jabar terkenal dengan julukan kuda lumping, dan di Jatim punya nama panggilan jaran dor.
(Baca juga: Wow, Inilah Hutan Hallerbos yang Mistis Sekaligus Indah Seperti dalam Negeri Dongeng)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR