Advertorial

Selamat Hari Gunung Internasional: Kenapa Jika Kita Melihat Gunung dari Kejauhan Berwarna Biru?

Masrurroh Ummu Kulsum

Editor

Saat kita melihat gunung dari kejauhan atau saat kita menggambar gung waktu SD pasti akan kita warnai dengan warna biru
Saat kita melihat gunung dari kejauhan atau saat kita menggambar gung waktu SD pasti akan kita warnai dengan warna biru

Intisari-Online.com - Tanggal 11 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai hari gunung internasional bersumber dari situs PBB.

Sekitar 22% permukaan tanah di bumi adalah gunung, pegunungan menyediakan air tawar, energi, dan sumber pangan bagi manusia serta makhluk hidup lainnya.

Trend mendaki gunung juga sudah menjadi gaya hidup saat ini.

Lalu, pernahkan Anda menyadari setiap kita melihat gunung dari kejauhan kokwarnanya biru?

Atau saat kita SD diminta menggambar gunung kita akan mewarnainya dengan warna biru bukan warna lain.

BACA JUGA:Inilah Perkumpulan Para Pria Berkuasa di Dunia yang Super Rahasia, Mantan Presiden Amerika Juga Jadi Anggotanya Lo

Mendaki gunung menjadi gaya hidup saat ini
Padahal gunung ditumbuhi pepohonan berwarna hijau, pasir yang berwarna abu hingga hitam, atau putih pada gunung es.

Dilansir dari askascientist.nz, Henning Klank Fisikawan dari Massey University mencoba memberikan jawabannya.

Hambatan cahaya menyebabkan gunung tampak berwarna biru dari kejauhan.

Cahaya matahari tercermin dari benda dan melewati udara ke mata kita yang merespon jarak kecil dari merah ke ungu.

Jadi warna yang kita lihat bergantung pada sumber yang dipancarkan.

BACA JUGA:Lakukan Ini Agar Waktu Dapat Berjalan Lambat Dari Biasanya

Partikel pada benda menyebabkan hamburan atau pantulan, bagaimana cahaya berinteraksi dengan udara, dan bagaimana mata kita merespon cahaya.

Bayangkan saat matahari bersinar di hari yang cerah.

Atmosfernya terdiri dari udara, yang memiliki partikel sangat kecil, dan cahaya dari matahari menembus atmosfer kita.

Saat kita melihat matahari secara langsung yang tampak adalah warna putih, namun jika berpaling pada langit yang terlihat adalah warna biru.

Ukuran kecil dari partikel-partikel ini berarti cahaya frekuensi tinggi (seperti, ungu) jauh lebih mungkin untuk berinteraksi daripada cahaya frekuensi rendah (seperti merah).

BACA JUGA:Wow, Dua Spesies Lumba-lumba Langka Ditemukan di Papua Nugini

Namun, mata kita lebih mudah menerima warna biru dibandingkan dengan ungu.

Interaksi memantulkan cahaya biru ke segala arah, akibatnya kita lebih cenderung melihat cahaya biru dibanding warna lain.

Mata akan menerima cahaya lebih banyak dari sinar matahari yang dihamburkan oleh partikel kecil antara mata dan gunung.

Sinar matahari yang tersebar adalah biru.

Jadi gunung tidak menghamburkan cahaya sehingga terlihat biru, melainkan hamburan cahaya antara mata kita dan gunung yang menyebabkan gunung tampak berwarna biru.

BACA JUGA:Surat Adolf Hitler kepada Max Born, Bapak Mekanika Kuantum yang Hari Ini Muncul di Google Doodle

Artikel Terkait