Intisari-online.com - Meski termasuk daerah pesisir, Cirebon tak banyak memiliki pantai yang bisa dijadikan sebagai objek wisata. Dari sedikit itu, Pantai Kejawanan bisa dijadikan tujuan saat ke Cirebon.
Saat bertanya pantai yang layak buat main anak-anak, petugas bagian depan sebuah hotel di Cirebon agak kebingungan menjawabnya. Lalu dari mulutnya terlontar nama Pantai Kejawanan.
Arahnya menuju ke Tegal. Itu saja petunjuk yang aku peroleh. Setelah menaruh barang dan istirahat sejenak, sekitar pukul 16.00 aku pun beranjak menuju Pantai Kejawanan.
Berbekal gps Edge 705, aku mencoba mengeset arah ke Tegal sambil mengira-kira wilayah mana yang layak jadi lokasi Pantai Kejawanan ini. Setelah bolak-balik di jalur jalan utama menuju Tegal akhirnya terlihat sebuah jalan yang menuju ke pesisir.
BACA JUGA: Misteri Kecantikan Ladyboy di Thailand, Bahkan Onderdilnya Pun Sama Dengan Wanita Tulen
Aku mengarahkan kendaraan ke situ dan benar. Plang tempat pelelangan ikan dan Pantai Kejawanan terlihat di pinggir jalan.
Sekitar 200 m ada portal dan petunjuk arah: tempat pelelangan lurus, wisata pantai belok kanan. Menyusuri jalan selebar sekitar 5 m akhirnya sampai juga di pinggir pantai.
Sayang hari sudah gelap karena mendung dan sudah sepi. Kata penjaga di situ lebih ramai kalau pagi hari. Ya sudah, aku pun balik dan tak lupa menandai lokasi itu di GPS - S6o44'03.3" E108o34'58.2".
Esok paginya tanpa sarapan langsung kembali ke Pantai Kejawanan. Kali ini tentu tanpa tersesat lagi. Sudah ada satu mobil parkir saat saya sampai di tempat parkiran.
Setelah membayar tiket masuk - sebenarnya tiket parkir sebab tiket masuk terserah kata yang jaga, saya langsung menuju ke pantai. Awalnya kaget juga karena ternyata pasir pantainya tidak ada.
Jadi air laut langsung menerjang tembok pembatas yang menjadi pembatas daratan dan lautan. "Kalau agak siang terlihat pasirnya," kata seorang ibu-ibu yang menawarkan perahu karetnya.
Nun di kejauhan sana terlihat dua orang ibu-ibu sedang berendam. Dangkal kelihatannya sebab pas berdiri air hanya mencapai lutut. Melihat-lihat keadaan, anak-anak malah lebih suka naik perahu menuju ke tengah sana. Ya sudah, naik perahu dulu.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR