Intisari-Online.com - Nyatanya banyak ilmuwan—atau yang berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan—yang tidak mendapat pujian yang semestinya mereka dapatkan.
Mereka dilupakan, dikecilkan, bahkan ditutup-tutupi jasa besarnya.
Siapa di antara kita yang mengenal Alhazen? Siapa di sekeliling kita yang pernah mendengar nama Chien-Shiung Wu? Atau siapa yang pernah membaca kisah hidup Mary Anning?
Nyaris tidak ada yang mengenal mereka. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak mengenal mereka sama sekali, bukan?
Alhazen: si peletak dasar metode ilmiah
Mengamati, menghipotesis, melakukan uji coba, merevisi, mengulangi. Begitulah metode ilmiah dibangun.
Orang yang meletakkan dasar itu, bagaimanapun juga, telah dilupakan di dunia Barat.
(Baca juga: Lebih dari 15 Ribu Ilmuwan dari 184 Negara Keluarkan Peringatan tentang 'Bumi yang Semakin Rapuh')
(Baca juga: Ledakan Bintang Ini Berhasil Menjawab 3 Pertanyaan Besar Ilmuwan, Termasuk Asal Usul Emas)
Lahir pada pertengahan abad ke-10 di tempat yang sekarang bernama Irak, Ibn al-Haytham, yang oleh orang-orang Barat dikenal sebagai Alhazen, adalah sosok yang penuh keingintahuan.
BACA: Ini Lho, 7 Langkah Mudah Melakukan Diet Yang Sehat
Ketika dunia berbahasa Arab menjadi pusat ilmu pengetahuan, Alhazen dianggap sebagai salah satu bintangnya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR