Laki-laki tak boleh lihat
Beberapa bagian dari perlengkapan busana wanita Sasak adalah baju lambung, kain gegeret, dan sabuk lulo.
Kalau mau mencari, akamya terdapat di Sukarara, desa beipenduduk sekitar 3.000 jiwa, yang sampai pertengahan tahun ini 1.017 orang di antaranya terjun ke industri songket, dan 415 di antaranya jadi anggota koperasi.
Di setiap rumah terdapat 1 - 4 perangkat tenun tradisional yang acap disebut peranggon. Setiap peranggon terdiri atas jaja, lantern, tutuk, batang, swih, terudak, pendiring, penengol, erek-erekr lekot, gun, berire, dan Iain-lain.
Semuanya 100 persen manual alias alat tenun bukan mesin (ATBM). Dari sekian banyak bagian peranggon, yang paling penting adalah berire. Kayu panjang yang mirip pemukul ini adalah perangkat pokok untuk merapatkan serat benang tenunan.
Setiap kali benang disusun pada bagiannya, berire dipukulkan. Jumlah pukulan pun punya makna tersendiri. Satu kali dilakukan dalam pembuatan kain kafan (leang), dua kali untuk songket biasa.
"Ini karena Tuhan satu adanya," jelas Jero Mursam, disainer motif tenun paling senior di Sukarara.
Mengingat posisi pentingnya dalam pertenunan tradisional, berire haruslah dibuat dari kayu pilihan. "Dulu, tak ada pilihan, berire harus dibuat dari bagian galih (inti.- Red.) kayu asam. Sekarang, kayu apa saja boleh, asal kuat," urai Supardi.
Soalnya, berire bisa difungsikan lain: sebagai senjata, kalau si wanita penenun diganggu, misalnya.
Bagian dari tradisi pertenunan Sukarara yang sampai sekarang masih membekas adalah keyakinan, bahwa kegiatan ini adalah monopoli kaum wanita. Ada satu-dua laki-laki yang terlibat, tapi - kata Supardi - sifatnya kewanita-wanitaan.
Jadi, ketika kegiatan pertenunan giat dilakukan di Sukarara, kaum wanita praktis bebas dari segala tugas. Memasak nasi, mengasuh anak, misalnya, dilakukan kaum pria.
Bahkan ada saatnya, pembedaan profesi menurut jenis kelamin ini sangat tajam. Ketika wanita menggulung benang, laki-laki tak boleh mendekat. Kegiatan menenun pun dilakukan secara tersembunyi, yakni di dalam lumbung tertutup.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR