Pengiriman sebagian besar pasukan Perermakmuran Inggris ke Yunani membuat pasukan yang berada di Cyrenaica direorganisasi dengan nama XIII Corps dan merupakan kekuatan pasukan tempur yang bersifat defensive.
Pasukan yang dikirim ke Yunani adalah New Zealand 2nd dan Australian 6th Division di bawah komando Letjen Sir Henry Maitland Wilson.
(Baca juga: Ternyata, Pasukan Gunung Waffen SS Nazi Ini Terdiri Atas Warga Muslim dan Kristen Bosnia)
Tidak hanya kekuatan tempur lapis baja yang semula dikerahkan dalam Operation Compass, British 7th Armoured Division, juga ditarik untuk memperkuat wilayah Delta Nil.
Untuk memperkuat pasukan Persemakmuran Inggris yang dikirim ke Yunani dan Delta Nil, kemudian didatangkan pasukan pengganti, British 2nd Armoured dan Australian 9th Infantry Division untuk ditempatkan di Cyrenaica di bawah komando Letjen Philip Neame.
Tapi dua kekuatan pasukan pengganti itu kurang pengalaman tempur, kurang persenjataan, dan kendaraan tempur lapis baja yang dimiliki untuk sebuah divisi juga tidak memadai (under strength).
Dalam kondisi kekuatan pasukan Persemakmuran Inggris di Cyrenaica kurang memadai, Italia yang kemudian meminta bantuan tempur dari Nazi Jerman ternyata mendapat respon yang cepat dari Hitler.
Meskipun telah kesal dengan ulah Mussollini,Hitler memutuskan mengirmkan bala bantuan secepatnya.
Lewat operasi militer bersandi Operation Alpine Violet, Hitler memerintahkan agar bantuan militer berupa dan persenjataan segera dikirim ke front Italia (Naples) dan selanjutnya ditempatkan di Afrika Utara.
Di bawah pimpinan pasukan tempur, khususnya komandan pasukan lapis baja Nazi Jerman yang sedang naik daun namanya, Marsekal Erwin Rommel, kekuatan pasukan Nazi pun kemudian dikirim menuju Tripoli baik lewat laut maupun udara.
Rommel yang telah membuktikan kemampuan tempurnya di medan tempur Perancis lewat serbuan kilatnya, Bliztkrieg, diharapkan menerapkan operasi serupa di Lybia dan Mesir, Afrika Utara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR