Saya dipersilahkan menjadi wing man dan teman saya sebagai leader. Tugasnya mencari jalan pada wilayah dengan kandungan awan sedikit. Agar tidak kelelahan saya boleh berganti-ganti posisi.
Dari wing man kanan berpindah ke belakang pesawat leader, lantas ke wing man .kiri dan terakhir kembali lagi ke wing man kanan. Posisi terakhir ini sekaligus untuk memudahkan waktu berada di down wind (jalur pendaratan) dan saat mendarat di Jayapura.
Jadilah kami tinggal landas bersama-sama dari Wamena. Pada posisi siap di landasan pacu, pesawat TNI AU berada di sebelah kiri agak ke depan. Sementara pesawat saya di sebelah kanan agak ke belakang.
Para petugas di lapangan dan orang-orang lain di sekitar menara terlihat terpana mempernatikan kami. Saya sama sekali tidak menyadari kalau apa yang kami lakukan sungguh merupakan peristiwa yang belum pernah terjadi.
Kemungkinan mereka heran, ada apa dua pesawat sama-sama di landasan?
Selesai dengan prosedur before take-off check teman TNI AU saya membuka percakapan, "Merpati, are you ready for take off?"
Saya jawab, "Affirmative we are ready."
Pesawat TNI AU itu kemudian membuka gas dan pesawat mulai melaju di landasan untuk kemudian mengangkasa.
Sebetulnya setelah tiga detik kemudian saya juga harus mulai membuka gas, namun karena saat itu bukan dalam formasi yang sesungguhnya, baru enam detik kemudian saya melakukannya.
Memang akan memakan waktu lama untuk dapat "mencapai" pesawat leader, namun di dalam pengarahan sebelumnya kami telah sepakat, setelah tinggal landas, pesawat leader berputar ke kanan, maksudnya agar wing man mudah untuk mencapai posisi formasi.
Dalam terbang formasi, kesulitan pesawat leader adalah mencari jalan sebaik-baiknya supaya wing man dapat mempertahankan posisi dan selalu dapat mengikuti leader.
Oleh karena awan tersebar dimana-mana, maka arah terbangnya menjadi tidak lurus. Bisa ke kanan atau ke kiri. Apapun yang dibuat oleh leader, wing man harus tahu persis posisinya dan harus tahu persis arah yang benar.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR