Menurut Mauricio, Yolanda memaksanya untuk menyelesaikan kuliahnya.
“Ia bilang akan membantuku karena aku selalu mengurus dirinya, mengantar ke dokter, dan selalu membantunya bila ada masalah. Setelah waktu berlalu, aku bilang padanya bagaimana kalau aku melamar dirinya,” cerita Mauricio.
Setelah 14 bulan pernikahan yang aneh itu, Yolanda meninggal karena sepsis atau terinfeksi bakteri.
Setelah kematian tante, sekaligus istrinya, Mauricio segera mendaftarkan suatu dana pensiunan sesuai wasiat tantenya itu.
Sayangnya semua tidak berjalan mulus seperti yang diharapkannya.
Pasalnya, dinas sosial menolak permohonan itu setelah seorang tetangganya bilang tidak tahu ada pernikahan antara Mauricio dan Yolanda.
Meskipun demikian, pemuda itu bersikeras bahwa pernikahan dengan tantenya benar-benar legal.
Karenanya, ia akan menentang keputusan dari penolakan permohonan pensiunnya, walaupun ia ia harus berhadapan dengan Pengadilan Tinggi Argentina.
Kata Mauricio, disamping rumah mereka ada tembok tinggi dimana ia tidak mengenal seorang pun.
Jadi, para tetangganya tidak mengetahui pernikahan antara dirinya dan Yolanda.
“Aku mencintai Yolanda setulus yang dapat kita cintai dan rasakan pada seseorang. Ini akan teringat selalu sepanjang hidupku,” kata Mauricio.
Ia menambahkan, ketika mulai mengajukan permohonan untuk dana pensiun, ia memperlihatkan berkas-berkas yang diperlukan dan melengkapi persyaratan yang diminta.
Usaha Mauricio Ossola untuk mendapatkan dana pensiun itu mendapat beragam komentar.
Beberapa orang menuduhnya sebagai seorang oportunis, yang lainnya memuji kecerdasannya untuk menyiasati sistem.
“Pasti mantan istrinya tidak tahu apa-apa tentang hukum dan dipengaruhi keluarganya. Terima kasih kepada orang-orang yang menyukai duda ini, yang benar-benar butuh uang kemudian mengajukan permohonan,” komentar Rony Romarr.
“Kerja yang bagus. Dia bukan seorang oportunis. Dia hanya pintar dan mengambil keuntungan uang hasil kerja Yolanda seumur hidupnya,” tulis Garcia Conny.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR