Advertorial
Intisari-online.com - Tiga orang wanita terlibat dalam perbincangan seru di sebuah arisan. Rupanya, mereka tengah asyik membicarakan G-Spot.
Dua dari mereka sudah membuktikan kedashyatannya. Sedangkan seorang lagi penasaran karena belum pernah mengeksplorasinya.
Betulkah “titik misterius” itu ada pada setiap wanita? Jangan-jangan hanya orang-orang tertentu saja yang memiliknya, pikir wanita itu.
G-Spot atau Grafenberg Spot memang selalu seru untuk dibicarakan. Katanya, ada sesuatu di ruang Miss V yang jika disentuh akan menggiring wanita mencapai puncak kenikmatan dahsyat.
BACA JUGA:Kok Ada Orang yang Banyak Makan, tapi Tak Pernah Gemuk? Begini Penjelasannya
Bahkan banyak wanita menyatakan, sensasinya melebihi orgasme klitorial.
Kalau sudah begini, tak hanya kaum istri yang penasaran, tapi juga para suami.
Sebutan G-Spot diambil dari nama penemunya, Grafenberg, ahli kandungan asal Jerman.
Dia meneliti bagian lain dari organ seksual wanita selain klitoris yang mampu membuat wanita orgasme. Sejak 1950 Grafenberg sudah meneliti pentingnya titik-titik erotis itu.
Dari penelitian itu akhirnya ditemukanlah G-Spot, sekaligus membuktikan G-Spot itu nyata.
Semua wanita memilikinya! Ia bukan lagi sekadar mitos.
Sayangnya, masih ada beberapa kesimpang-siuran informasi mengenai G-Spot itu sendiri.
"G-Spot itu kumpulan ujung saraf. Karenanya, ia sangat peka jika tersentuh. Jadi, bukan berupa benjolan," jelas dr. Anita Gunawan, androlog yang berpraktik di RS Pondok Indah, Jakarta.
"Kalaupun terasa ada benjolan, itu hanya imajinasi. Kalau mau dianalogikan, G-Spot itu prostatnya wanita yang terdiri atas kelenjar-kelenjar uretra."
"Nah, kalau ada rangsangan, ia akan membengkak. Inilah lalu yang disebut-sebut dan akhirnya dipercaya seperti biji kacang sampai uang logam."
Sedikit berbeda dengan klitoris, G-Spot tak pernah dianggap sebagai organ tubuh sungguhan.
Baru setelah beberapa perdebatan di kalangan ahli, akhirnya mereka yakin bahwa G-Spot adalah bagian dari prostat wanita.
BACA JUGA:Catat! Ini Kategori Gawat Darurat Versi BPJS Kesehatan