Intisari-online.com - Pertempuran di udara antara pesawat-pesawat tempur Jepang dan AS dalam PD II kerap menimbulkan peristiwa tak terduga. Salah satunya, jatuhnya satu pesawat tempur Jepang yang diakibatkan oleh tembakan pistol.
Peristiwa unik itu terjadi ketika berlangsung duel udara sengit antara sejumlah pesawat tempur A6M Zero Jepang versus B-24 Liberator Amerika berlangsung pada 31 Maret 1943.
Hari itu pesawat-pesawat B-24 dari 7th Bom Group’s 9th Bomb Squadron yang berpangkalan di Pandaveswar mendapat tugas untuk mengebom jembatan rel kereta api yang membentang di kawasan Pyinmana, Burma.
Selain mengebom jembatan kereta api, B-24 juga mendapat tugas menghancurkan jalan raya yang membentang antara Rangon dan Mandalay. Rel kereta api dan jalan raya itu merupakan fasilitas fital bagi pasukan Jepang untuk jalur suplai logistik tempur.
Tapi untuk mengebom jembatan rel kereta api dan jalan raya itu tidak mudah karena kawasan udara yang membentang di atasnya dijaga oleh pesawat-pesawat tempur Jepang yang bersarang di dua pangkalan.
Pesawat-pesawat tempur yang menjadi andalan Jepang untuk menyergap para pesawat pengebom dan transpor Sekutu adalah Mitsubishi A6M Zero.
Salah satu B-24 yang mendapat tugas untuk melancarkan misi pengeboman adalah pesawat yang diawaki oleh Kolonel Conrad ‘’Nick’’ Francis Necrason yang juga komandan 7th Bomb Group. Pesawat B-24 dipiloti oleh Letnan Satu Penerbang Lioyd Jensen dan kopilotnya adalah Letnan Satu Owen John Bagget.
Sebelum terjun ke medan perang sebagai penerbang pesawat pengebom, Bagget yang lahir di Texas bulan Agustus tahun 1920, pada tahun 1941 adalah seorang bisnisman yang bekerja di Wall Street, New York. Tapi karena merasa bosan sebagai pekerja kantoran, Bagget kemudian memutuskan untuk masuk militer dan bergabung dengan USAAF.
Setelah lulus sekolah penerbang di New Columbus Army Flying School pada Juli 1942 dengan pangkat letnan dua penerbang. Bagget pun dikirim ke front peperangan di Burma. Pertempuran udara yang kemudian dialami Bagget benar-benar membuatnya memiliki pengalaman tempur yang luar biasa.
Pesawat B-24 yang diterbangkan Jensen dan Bagget setelah take off dari landasan Pandaveswar dalam hitungan menit segera meluncur ke sasaran. Sejumlah B-24 demi mendukung operasi senyapnya untuk sementara tidak mengaktifkan komunikasi radio agar tidak tertdeteksi radar Jepang.
Tapi karena sasaran yang akan dibombardir dijaga ketat sedikitnya oleh dua skuadron fighter Jepang, kehadiran sejumlah B-24 segera diketahui. Paling tidak sejumlah pesawat A6M-Zero berkekuatan satu skadron segera menyergap konvoi B-24 Sekutu.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR