AS menjadi makin “bermusuhan” dengan negara-negara yang telah menyepakati penandatanganan nuklir Iran dan menyatakan tidak setuju dengan ulah Presiden Trump yang secara sepihak ingin meghentikan program nuklir Iran.
Iran memag tetap ingin melanjutkan program nuklirnya sesuai kesepakatan tahun 2015, meskipun Presiden Trump berusaha keras menghentikannya.
Sikap Iran yang ngotot untuk tetap menjalankan program nuklirnya demi kepentingan industri itu membuat curiga AS karena pada saat yang sama Iran juga mengembangkan teknologi rudal balistiknya dan ada kemungkinan bisa dimuati hulu ledak nuklir.
(Baca juga: Dianggap Gagal Membagikan Informasi Seputar Terorisme, Penduduk Negera Ini Dilarang Trump Masuk ke Amerika)
(Baca juga: Berkebalikan dengan Donald Trump, CIA Sebut Kim Jong-un sebagai Presiden yang Waras)
Maka dengan kengototan seperti itu, masalah Iran pun telah menjadi “Korut yang kedua” bagi Presiden Trump, terkait Iran yang bersikeras keras melanjutnya program nuklirnya.
Maka seperti orang berkelahi, ketika Presiden Trump sedang sibuk melayani jurus-jurus yang dilancarkan Korut, tiba-tiba datang musuh baru dari Iran.
Dengan kondisi seperti itu, maka Presiden Trump yang telah menyatakan “angkat tangan” untuk menangani bencana akibat amukan badai di Puerto Rico, memang sudah tidak memiliki energi lagi untuk memberikan perhatian terhadap bencana alam kebakaran hutan yang masih melanda kawasan California Utara.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR