Bejana dan piring mengingatkannya kembali kepada hadiah ulang tahun dari ibunya ketika ia masih berumur lima tahun.
Orsoy de Flines mulai mengumpulkan keramik, terutama keramik Cina dan Asia Tenggara. Dia tak asal mengumpulkan saja yangindah-indah.
Ia mengutamakan yang unik, yang ada kaitannya dengan sejarah Indonesia. Ia tumbuh dari seorang amatir yang bergairah menjadi seorang pemelajar yang sungguh-sungguh.
Bertambahnya koleksinya berbarengan dengan meningkatnya pengetahuannya tentang porselin.
Rumahnya di Semarang makin penuh dengan barang-barang koleksi dan hampir setiap hari pedagang antik seperti Dahlan dan Narayau datang membawa keranjang-keranjang besar.
Ia tak hanya membeli barang-barang yang ditawarkan, tetapi juga memesan dengan menanggung biaya perjalanan mereka ke tempat-tempat yang jauh dari Semarang, seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi sampai ke pulau-pulau yang terpencil.
Boleh dikatakan seluruh uangnya habis untuk menambah koleksinya.
Anehnya, de Flines hampir tak pernah membeli porselin dari pedagang Cina sendiri, karena pada umumnya mereka hanya memperdagangkan barang-barang yang belum terlalu tua, yakni dari Dinasti Qing (1644-1911) dan mereka sering mendatangkan barang dari Hong Kong, Singapura atau langsung dari Cina, sehingga barang-barang itu tak ada kaitan sejarah dengan Indonesia.
Yang memungkinkan ia terus mengembangkan koleksinya, kecuali kekayaan pribadinya, juga gajinya yang cukup memadai sebagai manajer bank dan kehidupan pribadinya yang sangat sederhana menurut ukuran kolonial.
Ia tidak memiliki mobil, sedang bawahannya ada yang naik mobil pribadi ke kantor. Makannya sederhana, tidak merokok atau minum, tidak mempunyai hobi atau kebiasaan mahal seperti Belanda lain di masa penjajahan.
Kehadirannya dalam masyarakat kolonial juga diremehkan, tetapi ia tak mempedulikannya.
Pergaulannya lebih erat dengan para ahli kebudayaan yang tergabung dalam Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (Lembaga untuk Kesenian dan Ilmu Pengetahuan di Jakarta) yang menyelenggarakan Museum (Gedung Gajah).
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR