Tidak begitu jauh berbeda dengan pengolahan jejamuan tradisional yang ada di Indonesia, pengambilan aroma dan minyak tersebut dengan cara menyuling dari berbagai jenis bunga, tanaman, umbi-umbian, pohon, kulit tanaman, dedaunan, dan akar-akaran.
Yang jelas, terapi jenis ini semakin digemari karena dianggap lebih aman dan alami.
Seiring dengan besarnya minat masyarakat, kini semakin banyak beredar bermacam produk terapiaroma dari berbagai jenis tumbuhan dengan beragam kegunaan, baik produk lokal maupun impor.
Meskipun tidak bisa menggantikan posisi pengobatan profesional yang dilakukan dokter, oleh kalangan pendukungnya terapi ini diakui sebagai pelengkap dari pengobatan medis.
Peranannya yang tak kalah penting terutama sebagai pendorong mekanisme tubuh dalam proses penyembuhan diri.
Penerapan terapi ini pun amat sederhana dan mudah. Beberapa cara bisa dipilih sesuai selera.
Mereka yang tidak mau bersusah payah, cukup hanya dengan menghirup langsung aroma minyak murni melalui hidung. Dengan begitu baunya terbawa ke saraf penciuman.
"Pengertian aroma atau bau ini memang sulit dipahami. Namun perilakunya amat spesifik dan berbeda dengan tipe stimulasi sensorik jenis lain. Yang jelas, bau atau aroma seperti halnya setiap sensasi kenikmatan, akan melepaskan zat seperti endorphins yang digunakan untuk memerangi stres," ujar Marcel Lavabre, penulis buku Aromatheraphy Workbook.
Kita semua tahu, saraf penciuman adalah satu-satunya saluran yang terbuka menuju otak.
Melalui saraf ini aroma tersebut akan mengalir ke bagian yang melingkari otak sehingga mampu memicu memori terpendam dan mempengaruhi tingkah laku emosional yang bersangkutan.
"Ini bisa terjadi karena aroma tersebut menyentuh langsung pusat emosi dan kemudian bertugas menyeimbangkan kondisi emosional," tambah Michael Scholes, presiden Aroma-Theraphy Seminar, Los Angeles.
Gambaran sederhananya begini. Bila seseorang dilanda stres atau gelisah tak berkeputusan, ia pasti juga merasa tidak aman.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR