“China tidak sungguh-sungguh dalam menerapkan sanksi ekomi ke Korut. China masih membeli apa saja hasil laut dari Korut. Itu sangat memalukan,” kecam Trump melalui akun twiternya.
(Baca juga: Di Tengah Ancaman Rudal Nuklir Korut, AS Justru Bersaing Membuat Rudal Hipersonik dengan Rusia dan China)
(Baca juga: Hindari Senjata Anti Rudal AS, Korut Berencana Serang AS Mengunakan Rudal Jelajah Lewat Ruang Udara Rusia)
(Baca juga: Akan Gelar Olimpiade Musim Dingin yang Berjarak ‘Hanya’ 80 KM dari Korut, Korsel Siapkan Ribuan Pasukan)
Tapi sesungguhya, pemerintah China memang mengalami kesulitan untuk melarang perdagangan hasil laut Korut yang dijual ke China di sepanjang Sungai Tumen.
Pasalnya warga China dan Korut di sepanjang Sungai Han memang merupakan masyarakat yang jago menyelundupkan barang.
Hasil laut dari Korut dibeli harga dengan harga miring oleh warga China di sepanjang Sungai Tumen lalu dijual ke perkotaan dengan harga lebih tinggi.
Namun yang jelas, milyaran penduduk China memang membutuhkan banyak makanan dan salah satu makanan favorit mereka adalah kepiting-kepiting raksasa dari Korut.
Jadi demi mendapatkan kepiting raksasa itu, baik warga China maupun Korut yang tinggal di sepanjang Sungai Tumen, jelas tidak mau menggubris sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan PBB kepada Korut sejak bulan Agustus 2017 lalu.
Pemerintah China sendiri berpendapat sanksi ekonomi ke Korut hanya akan mengakibatkan krisis kemanusian, oleh karena itu menjadi maklum jika pemeritah China hanya bisa melaksanakan sanksi ekonominya secara “tidak serius”.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR