(Baca juga: Tak Mampu Sewa Ambulans, Dana Majhi Gotong Mayat Istrinya Sejauh 12 Km)
Biasanya angkutan umum, bus dan mobil pribadi ada saja yang berusaha menghalangi.
Lanjut cerita, ketika perjalanan sudah sekitar 45 menit, sopir ambulan memberi tanda untuk mencari rumah sakit terdekat karena pasien sudah kritis.
Setelah tiba di rumah sakit terdekat, pasien tersebut menghembuskan nafas terakhir.
Alat Komunikasi di Jalan Raya
Reaksi pengguna jalan terhadap ambulan yang tengah bertugas ini tentu memprihatinkan.
Jika dibandingkan dengan kasus penyalahgunaan sirine dan rotator belakangan ini, ternyata banyak yang tidak paham fungsi dan arti dari rotator tersebut, termasuk untuk bereaksi ketika bertemu ditengah jalan kendaraan yang memiliki hak prioritas.
Menurut Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), rotator dan sirene diciptakan untuk komunikasi dengan sesama pengguna jalan.
Harapannya ada bahasa yang sama di antar pengguna jalan agar tidak terjadi kekacauan.
"Ini korelasinya dengan keselamatan bersama di jalan raya. Bila setiap pengendara tidak memahami aturan yang sama dalam bertindak maka bisa terjadi kecelakaan. Ketika ambulan meraung-raung lalu dihalangi, ini karena tidak ada bahasa yang sama terhadap satu kontek. Maka itu pemahaman peraturan jalan raya penting," ucap Jusri saat dihubungi beberapa waktu lalu.
(Setyo Adi Nugroho)
Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul “Ambulans Tak Diberi Jalan, Pasien Kehilangan Nyawa”.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR